Secangkir Teh China
Oleh. Abu Raihan
Waktu menunjukkan pukul 08.00 waktu Beijing, ketika pesawat Airbus 330 CHINA AIR,dengan nomor penerbangan CA 978 yang membawa kami dan rombongan dari Jakarta mendarat di Běijīng Shǒudū Guójì Jīchǎng, Bandar udara internasional di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok. Bandara ini berlokasi di Distrik Chaoyang, 32 km (20 mi) timur laut dari pusat kota Beijing. Bandara ini dimiliki dan dioperasikan oleh Beijing Capital International Airport Company Limited, sebuah perusahaan yang dikontrol oleh pemerintah. Bandara Ibu Kota yang menjadi pusat operasi Air China, maskapai penerbangan nasional di Republik Rakyat Tiongkok, yang terbang ke sekitar 120 tujuan (tidak termasuk kargo) dari Beijing. Hainan Airlines dan China Southern Airlines juga menggunakan bandara ini sebagai jalur perhubungan mereka. Bandar Udara Internasional Ibu kota Beijing merupakan bandara tersibuk kedua di dunia berdasarkan trafik penumpang.
Běijīng
Shǒudū Guójì Jīchǎng, Bandar udara internasional di Beijing
Hari
itu sabtu, 14 april 2018, hawa dingin menerpa begitu kami menuruni tangga
pesawat, setelah terbang selama kurang lebih 7(tujuh) jam diketinggiaan 40.000
kaki(feet) rasanya tubuh ini perlu segera beradaptasi dengan kondisi dan cuaca
setempat, saat itu di Beijing masih musim semi. Musim semi yang
berlangsung dari bulan Maret hingga awal Juni dianggap sebagai musim terbaik
untuk mengunjungi China, Udara saat musim semi terasa sejuk, Bunga mawar
tiongkok (rosa chinensis) dan seruni (chrysanthemum morifolium) dengan beraneka
warna merah, kuning dan putih pun mulai bermekaran di sepanjang jalan. Udara
yang masih cukup dingin kala itu, tidak terlalu menjadi hambatan bagi kami, Di
pagi hari dan menjelang petang suhu udara berkisar antara 7-9 derajat celcius,
namun di siang hari bisa mencapai 26 derajat celcius. Belakangan kami ketahui,
seminggu sebelum tanggal kedatangan kami, salju masih sempat turun dan sungai
utama yang mengalir melalui kota ini, yaitu Sungai Yongding dan Sungai Chaoba
airnya membeku.
Kami disambut Ms. Hani, seorang local guide yang cukup
lancar berbahasa Indonesia yang selanjutnya mengajak kami untuk naik ke dalam
Bus yang sudah disiapkan untuk menemani rombongan kami sebanyak 16 orang
bejalan-jalan keliling Beijing. Beijing
(Tionghoa: 北京; Pinyin: Běijīng; Wade-Giles: Pei-ching ) adalah ibu kota Republik Rakyat
Tiongkok dan salah satu kota terpadat di dunia, dengan populasi
kurang lebih 25.000.000 pada tahun 2018, Beijing merupakan kota terbesar kedua
di Tiongkok setelah Shanghai dari segi populasi perkotaan dan
merupakan pusat politik, budaya, dan pendidikan. Beijing adalah
kota markas dari sebagian besar perusahaan BUMN terbesar Tiongkok dan pusat utama jalan raya nasional,jalan
tol, jalur kereta api, dan jaringan rel kereta cepat.
Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade 2008
dan terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim
Dingin 2022, yang akan membuatnya menjadi kota pertama yang
pernah menjadi tuan rumah kedua iven tersebut.
Tiananmen Square
Pada hari pertama kami di Beijing
ini ada beberapa destinasi wisata yang akan kami kunjungi. Yang pertama kami
datangi adalah Tiananmen Square,
adalah alun-alun yang terletak di tengah kota Beijing, persis
berhadapan dengan Forbidden City. Nama
Tiananmen sendiri diambil dari nama gerbang masuk yang ada di Forbidden
City (Kota Terlarang) yang memiliki arti The Gate of
Heavenly Peace (gerbang kedamaian surgawi). Gerbang tersebut terletak di sebelah utara Lapangan Tiananmen
, pertama kali dibuat pada masa Dinasti Ming, Tiananmen telah menjadi
salah satu simbol terpenting Tiongkok sampai sekarang. Tembok gerbang tersebut
memiliki panjang 66 meter, lebar 37 meter, dan tinggi 32 meter. Di atasnya ada
atap dengan desain tradisional Tiongkok. Di depan gerbang tersebut ada empat
patung singa - dua patung persis di depan gerbang dan dua lainnya di jembatan
sebelum gerbang - yang dalam budaya Tionghoa diyakini dapat menangkal
roh jahat.
Dua
plakat raksasa digantung di masing-masing sisi gerbang: plakat kiri tertulis
"Panjang Umur Republik Rakyat Tiongkok" (Tionghoa: 中华人民共和国万岁; Pinyin: Zhōnghuá rénmín gònghéguó wànsuì), sementara plakat kanan
tertulis "Panjang Umur Persatuan Rakyat Dunia" (Hanzi: 世界人民大团结万岁;
Pinyin: Shìjiè rénmín dà tuánjié wànsuì). Pada tahun 1964, karakter Hanzi tradisional yang digunakan di plakat
diganti menjadi karakter Hanzi sederhana. Di antara kedua
plakat, tergantung foto pendiri RRT Mao Zedong
yang selalu diganti setiap tahunnya. Selain foto Mao Zedong, tokoh lain juga pernah
digantungkan fotonya di Tiananmen, seperti Sun Yat-sen
dan Chiang Kai-shek pada era Republik Tiongkok, Zhu De yang
fotonya pernah disandingkan dengan foto Mao untuk beberapa waktu, dan Joseph Stalin saat kematiannya pada
tahun 1953.
Luas
Tiananmen Square
yang mencapai 440.000 meter persegi menjadikannya sebagai alun-alun terbesar di
dunia. Lapangan ini terletak pada koordinat 116°23′17″BT dan 39°54′27″LU. Dengan panjang 800 meter dari utara
ke selatan serta lebar 500 meter dari barat ke timur, lapangan ini terletak di
luar pintu selatan Istana Kuno Dinasti
Ming dan Qing. Di sebelah selatan lapangan ini, ada dibangun
sebuah bangunan yang merupakan Mausoleum
Ketua Mao. Di dalam bangunan ini, jenazah Ketua Mao Zedong yang diawetkan di dalam
kotak kaca ditempatkan. Di sebelah utara lapangan ini ada tiang bendera di mana
setiap harinya diadakan upacara penaikan dan penurunan bendera oleh tentara
kehormatan. Di lapangan ini tidak boleh ada papan dan poster reklame, bahkan
bus dan kendaraan yang melintasi jalan di depan lapangan juga tidak
diperbolehkan memiliki reklame di badan bus maupun kendaraan. Peristiwa penting
bersejarah yang terjadi di lapangan ini adalah Demonstrasi Tiananmen 1989 yang
kemudian berakhir dengan peristiwa berdarah Insiden Tiananmen 1989.
Sudut-sudut Tiananmen
Square
Sudut-sudut Tiananmen
Square
Forbidden City
Dari
Tiananmen Square
Perjalanan dilanjutkan ke Forbidden
City, Kota Terlarang
(bahasa Inggris: The Forbidden City;
bahasa Mandarin: 紫禁城; pinyin: Zǐjìn Chéng) yang dapat
diterjemahkan dengan "Kota Terlarang Ungu", sering disebut juga
dengan "Istana Terlarang” ialah bekas istana kekaisaran China dan
dijadikan tempat tinggal keluarga kaisar selama 500 tahun, terletak persis di
tengah-tengah kota kuno Beijing, dari jaman Dinasti Ming hingga dinasti Qing.
Di jaman dahulu tidak ada orang yang boleh keluar masuk komplek istana kecuali
atas izin kaisar, sebab itulah disebut sebagai “Kota Terlarang”. Dikenal
sebagai "Museum Istana" (bahasa Mandarin:故宫博物院; pinyin:Gùgōng
Bówùyùan), lokasi ini memiliki luas sekitar 720,000 meter persegi, 800 bangunan
dan lebih dari 8.000 ruangan. Kota Terlarang, oleh UNESCO disebut merupakan koleksi terbesar
struktur kayu kuno di dunia, dan terdaftar sebagai salah satu Situs Warisan
Dunia UNESCO pada 1987
sebagai "Istana Kerajaan Dinasti Ming dan Qing". Lokasi istana
kerajaan berada di utara dari lapangan Tiananmen
dan dapat diakses dari lapangan tersebut melalui Gerbang Tiananmen.
Lokasi tersebut dikelilingi oleh suatu wilayah luas yang disebut Kota Kerajaan.
Sudut-sudut Forbidden City
Sudut-sudut Forbidden City
Temple of Heaven
Tempat
berikutnya yang kami kunjungi adalah Temple of Heaven, Tian Tan (天坛) atau dalam Bahasa Indonesia Kuil Surga adalah tempat pemujaan agama Khonghucu & Tao yang terletak di Beijing , Dibagun
pada abad 15 M ,tepatnya dimulai tahun 1420 M (Dinasti Ming)
dan dibuat di atas lahan seluas 2.700 KM². Arsitekturnya menyimbolkan hubungan bumi
dan langit (manusia dan Tuhannya).
Ini berkaitan dengan kaisar sebagai anak langit dalam kepercayaan Mitologi Cina. Dibangun sebagai persembahan
untuk langit. Ini adalah alasan mengapa Kota Terlarang berukuran lebih kecil, karena
kaisar tidak berani membuat tempat tinggal yang lebih besar daripada kuil
langit (Tuhan). Tian Tan dikelilingi tembok yang
panjang. Di bagian utara dibuat agak bulat menyimbolkan langit dan selatan persegi
menyimbolkan bumi. Hal ini selaras dengan pemikiran Tiongkok kuno yang berbunyi Surga itu
bulat dan bumi itu persegi. Bagian utara juga dibuat lebih tinggi dari
bagian selatannya.
Sudut-sudut Temple of Heaven
Sudut-sudut Temple of Heaven
Masjid Niujie
Waktu
menunjukan pukul 17.00 waktu bagian Beijing ketika kami beserta rombongan
keluar dari kuil Surga, selanjutnya kami menuju Masjid Niujie untuk
melaksanakan sholat jama takhir, dhuhur dan ashar. Di Beijing ini sebagian
besar penduduknya tidak
beragama, penduduk yang beragama islam hanya sebagian kecil saja populasinya
kurang lebih 200.000 jiwa, kalau dibandingkan dengan penduduk Beijing yang
berjumlah kurang lebih 25.000.000 jiwa jelas sangat-sangat sedikit. Fasilitas
ibadah seperti masjid pun jarang dijumpai, hanya ada kurang lebih 68 masjid
diseluruh kota Beijing yang memiliki luas wilayah kurang lebih 1.368,32 km2.
Masjid
Niujie adalah masjid paling tua dan bersejarah di Beijing, ibukota negara
Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Usia masjid ini diperkirakan lebih dari seribu
tahun. Memiliki area kompleks seluas kurang lebih 6.000 meter persegi, bangunan
Masjid Niujie merupakan masjid terbesar di antara 68 buah masjid yang ada di
Beijing. Masjid Niujie ini juga ditandai sebagai menjadi titik awal masuknya Islam di daratan
Cina. Arsitekturnya memperlihatkan campuran arsitektur khas Cina dan Islam. Dari
luar, arsitektur bangunan menunjukkan pengaruh Cina tradisional, yakni tipikal
bangunan istana Cina. Sedangkan di dalam memperlihatkan gaya arsitektur Islam.
Perpaduan
dua gaya arsiktektur ini tidak terlepas dari kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintahan Dinasti Liao. Kekaisaran Liao menerapkan aturan yang melarang
komunitas Muslim setempat mendirikan bangunan dengan gaya arsitektur selain
arsitektur tradisional Cina, dengan pengecualian bahwa penggunaan kaligrafi
Arab tetap diizinkan pada masa itu.
Masjid
ini dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Tonghe dari Dinasti Liao, tahun 996
Masehi, oleh dua orang berkebangsaan Arab. Menilik dari sejarah berdirinya,
masjid ini sudah melintasi enam zaman, dari masa kekuasaan Dinasti Liao,
Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming, Dinasti Qing hingga era Cina modern
saat ini. Sejak awal berdiri hingga kini, Masjid Niujie telah mengalami
beberapa kali renovasi dan perluasan. Di masa pemerintahan Dinasti Ming,
bangunan masjid mengalami perbaikan pada tahun 1442. Kemudian diperluas pada
tahun 1696, semasa Dinasti Qing berkuasa. Setelah RRT berdiri tahun 1949,
Masjid Niujie telah mengalami tiga kali renovasi, masing-masing di tahun 1955,
1979 dan 1996.
Sebagai
masjid tertua dan paling besar di Beijing, tak mengherankan jika masjid ini
menjadi pusat komunitas Muslim di kota tersebut yang jumlahnya mencapai 200
ribu jiwa. Masjid ini terletak di kawasan Niujie, Distrik Xuanwu, Beijing.
Niujie sendiri dikenal sebagai kawasan padat berpopulasi Muslim terbesar di
Beijing. Data terakhir menyebutkan terdapat sekitar 13 ribu warga Muslim yang
bermukim di kawasan ini.
Gerbang
masuk menuju ke dalam kompleks Masjid Niujie berhadapan dengan tembok besar
sepanjang kurang lebih 40 meter yang dihiasi marmer berwarna putih. Interior
bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab yang
tidak menampilkan figur manusia dan hewan. Menara pengamat bulan yang terletak di dalam komplek
berarsitektur heksagonal dan bertingkat dua. Menara ini
tingginya 10 meter, digunakan untuk mengetahui posisi bulan guna menentukan kalender Islam, contohnya
waktu berpuasa. Di sebelah menara
terdapat ruangan ibadah, aula utama daripada masjid yang memiliki luas 600 m².
Ruangan ini hanya terbuka bagi Muslim dan berkapasitas untuk 1000 , Ruangan ibadah menghadap kiblat dan halamannya berada di sebelah
timur.
Pada tahun 1215 Masjid Niujie ini dihancurkan oleh tentara Mongol,
kemudian dibangun kembali pada 1443 periode Dinasti Ming dan secara signifikan
diperluas pada 1696 pada zaman Dinasti Qing. Sejak zaman Dinasti Qing, pasar di
sekitarnya terkenal untuk perdagangan daging sapi dan daging kambing hingga
saat ini. Nama masjid yang sebenarnya adalah Lǐbàisì, yang diberikan oleh
Kaisar Chenghua pada tahun 1474, karena terletak di Jalan Sapi (Niu berarti
sapi dan Jie berarti jalan), masjid ini disebut Masjid Niujie. Sampai sekarang
di sekitar wilayah ini banyak warga yang menjual masakan halal, terutama yang menggunakan
bahan baku daging sapi, Karenanya tak mengherankan jika kawasan ini dipenuhi
oleh restoran-restoran Muslim.
Arsitektur
khas Dinasti Qing jelas terlihat pada desain ruangan ibadah, yang berupa aula
utama yang hanya terbuka bagi pengunjung Muslim. Langit-langit di depan aula
utama didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap sudutnya dilukis dengan
desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau dan biru. Pola dekorasi ini
serupa dengan pola yang digambar di aula utama di Istana Terlarang. Kaligrafi
ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga, serta hiasan kaca
berwarna menghiasi ruangan ibadah.
Ruangan
ini hanya dapat menampung seribu orang jamaah dan terdiri dari tiga buah
koridor yang lapang. Di bagian dalam ruangan ibadah ini terdapat 21 buah tiang
yang menyangga bagian dalam bangunan. Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan
nama Aula Tungku. Di bagian belakang ruangan terdapat paviliun berbentuk
heksagonal (segi enam) yang membuat aula ini tampak seperti tungku.
Di
luar bangunan utama, terdapat dua buah paviliun yang pada salah satunya terdapat
prasasti batu yang menuliskan tentang sejarah masjid. Prasasti batu tersebut
merekam pernyataan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing
setelah dilaksanakannya renovasi besar tahun 1696. Prasasti tersebut menuliskan
tentang tanggal pembangunan masjid serta tanggal renovasi dan penambahan
bangunan di setiap periode sejak Dinasti Liao (907-1125). Restorasi masjid
pada masa pemerintahan Kangxi akhirnya menjadikan bentuknya yang
dipengaruhi arsitektur Qing yang juga terlihat pada bangunan-bangunan utama
yang didesain pada masa itu.
Menara
adzan
(minaret) memiliki 2 tingkat dan terletak di tengah-tengah halaman. Pada
awalnya menara ini dibangun untuk menyimpan teks tulisan. Pada masa berikutnya
mulai digunakan sebagai menara adzan.
Saat waktu salat
tiba, muazzin akan naik ke
menara dan melakukan azan
untuk memanggil orang-orang untuk beribadah. Selain itu, komplek masjid juga
memiliki perpustakaan yang menyimpan teks Al Quran dan pernah dijadikan sebagai
tempat percetakan. Di sebelah selatan halaman masjid terdapat
tempat mengambil air wudhu
untuk pria dan wanita.
Orang
Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti agama yang murni.
Diperkirakan ajaran Islam mulai masuk dan berkembang di dataran Cina pada abad
ke-5 Masehi. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang pada waktu itu menugaskan
Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa misi dagang ke daratan Cina. Bahkan kemudian
Sa'ad menetap di Cina hingga beliau meninggal pada tahun 635 M, dan dimakamkan
di sana.
Di
bagian selatan komplek terdapat tanaman pohon cemara dan 2 buah makam bertuliskan aksara Arab milik 2 orang imam asal Persia yang berdakwah di sini, yakni
makam Ahmad Burdani (dengan angka tahun 1320) dan Ali (tahun 1283). Tulisan di
makam tersebut sangat penting dalam memaparkan tentang sejarah Islam di Tiongkok.
Eksterior dan Interior Masjid Niujie
Islam
di Tiongkok
Perkembanngan Islam di Tiongkok
dimulai ketika tiga Ṣaḥābā (sahabat nabi)—Sa'ad bin Abī Waqqās
(594–674), Ja'far bin Abi Thalib,
dan Jahsh berkhotbah pada tahun 616/617 di Tiongkok setelah sebelumnya datang
dari rute Chittagong-Kamrup-Manipur, setelah berlayar dari Abyssinia pada tahun
615/616. Sa'ad bin Abi Waqqas, paman nabi sendiri dari pihak ibu kembali menuju
ke Tiongkok untuk ketiga kalinya pada tahun 650-651 setelah Khalifah Utsman bin Affan, Khalifah ketiga, pada tahun 651, kurang dari dua
puluh tahun setelah kematian Nabi Muhammad SAW, memintanya untuk memimpin sebuah
delegasi ke Tiongkok, yang diterima dengan hangat oleh Kaisar Tiongkok. Kaisar Gaozong,
salah satu Kaisar dari Dinasti Tang yang menerima utusan tersebut kemudian
memerintahkan pembangunan masjid peringatan di Kanton, masjid pertama di negara tersebut, untuk
mengenang Nabi Muhammad SAW.
Sementara sejarawan modern cenderung berpendapat bahwa tidak ada
bukti bahwa Waqqās sendiri pernah datang ke Tiongkok, mereka meyakini bahwa
para diplomat dan saudagar Muslim tiba di Tang Tiongkok beberapa dekade dari
permulaan Abad Pertengahan
(Hijrah). Budaya kosmopolitan Dinasti Tang,
bersama kontak intensifnya dengan Asia Tengah dan komunitas penting para
pedagang Asia Tengah dan Asia Barat (awalnya non-Muslim) yang tinggal di
kota-kota di Tiongkok, yang membantu memperkenalkan Islam.
Sejarah mencatat, Islam masuk ke Cina pada masa Dinasti Tang
(618-905 M), yang dibawa oleh salah seorang panglima Muslim, Saad bin Abi
Waqqash RA, di masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Menurut Chen Yuen, dalam
karyanya, A Brief Study of the Introduction of Islam to China, masuknya Islam
ke Cina sekitar tahun 30 H atau sekitar 651 M. Ketika itu, Cina diperintah oleh
Kaisar Yong Hui (ada pula yang menyebut nama Yung Wei). Data masuknya Islam ke
Cina ini dipertegas lagi oleh Ibrahim Tien Ying Ma dalam bukunya, Muslims in
China (Perkembangan Islam di Tiongkok). Buku ini secara lengkap mengupas
sejarah perkembangan Islam di Cina sejak awal masuk hingga tahun 1980-an.
Sebelumnya, banyak hikayat yang berkembang mengenai masuknya Islam
ke Negeri Tirai Bambu ini. Namun, semua hikayat itu menceritakan adanya tokoh
utama di balik penyebaran agama Islam di Cina.
Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina
dibawa sahabat Rasulullah SAW yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethiopia). Para
sahabat Nabi hijrah ke Ethiopia untuk menghindari kemarahan dan
amuk massa kaum Quraisy jahiliyah. Mereka antara lain Ruqayyah, anak perempuan
Nabi; Utsman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqash dan sejumlah
sahabat lainnya.
Para sahabat yang hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan
dari Raja Atsmaha Negus di Kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan
tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba
di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581-618 M).
Sumber lain menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina
ketika Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethiopia
pada 616 M. Setelah sampai di Cina, Saad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian
kembali lagi ke Guangzhou membawa Kitab Suci Alquran.
Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina
pada 615 M--kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah
Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Saad bin Abi Waqqash untuk membawa
ajaran Islam ke daratan Cina. Konon, Menurut Ibrahim Tien Ying Ma dalam
bukunya,”Muslims in China”, Saad meninggal dunia di Cina pada 635 M. Kuburannya
dikenal sebagai Geys' Mazars.
Masjid Pertama
di Tiongkok
Utusan Khalifah Utsman itu diterima secara terbuka oleh Kaisar
Yong Hui dari Dinasti Tang. Kaisar Yong Hui menghargai ajaran Islam dan
menganggap ajaran Islam punya kesamaan dengan ajaran Konfusionisme. Untuk
menunjukkan kekagumannya terhadap Islam, kaisar mengizinkan berdirinya masjid
pertama di Chang-an (Kanton). Masjid itu bernama Masjid Huaisheng
atau Masjid Mercusuar atau Masjid
Memorial. Menurut versi Ibrahim Tien Ying Ma, masjid itu diberi nama
Kwang Tah Se, yang berarti menara Cemerlang, dan dibangun oleh Yusuf.
Sedangkan, masjid lainnya yang dibangun di sini adalah Chee Lin Se, yang
berarti masjid dengan tanduk satu. Kedua masjid itu masih tetap berdiri hingga
saat ini setelah 14 abad.
Masjid Huaisheng, adalah sebuah masjid utama di Guangzhou,
Berkali-kali dibangun dalam sejarahnya, masjid tersebut menurut tradisi awalnya
dibangun pada 1,300 tahun yang lalu, yang membuat masjid tersebut menjadi
salah satu masjid tertua di dunia. Masjid tersebut
dibangun untuk mengenang nabi Islam Muhammad. Manuskrip-manuskrip Muslim Tionghoa
pertama menyatakan bahwa masjid tersebut dibangun pada 627 Masehi oleh Sa`d
ibn Abi Waqqas yang merupakan paman Muhammad, dan datang pada
misi Muslim pertamanya ke China pada tahun 620an.
Meskipun
sarjana-sarjana sekuler modern tidak menemukan catatan sejarah apapun yang
mengatakan bahwa Sa`d ibn Abi Waqqas benar-benar pernah ke China, mereka
bersepakat bahwa kaum Muslim pertama kali datang ke China pada abad ke-7, dan
pada pusat-pusat perdagangan utama, seperti Guangzhou, Quanzhou, dan Yangzhou mungkin terdapat
masjid-masjid pertama mereka yang dibangun pada masa Dinasti Tang, meskipun tidak ada catatan
yang menyebutkan keberadaan yang sebenarnya dari masjid-masjid tersebut yang
ditemukan sejauh ini.
Masjid
tersebut dikatakan telah ada pada masa Dinasti Tang, atau pada tahun-tahun awal Dinasti Song.
Masjid tersebut dibangun kembali pada 1350 dan kemudian kembali dibangun pada
1695 setelah hancur dalam sebuah kebakaran. Mercusuar atau Minaret Huaisheng
telah dibangun pada masa sebelumnya.
Sudut-sudut Masjid Huaisheng atau Masjid Mercusuar
Sudut-sudut Masjid Huaisheng atau Masjid Mercusuar
Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan
dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar
dan dikenal masyarakat Tiongkok. Masa kejayaan Islam di Cina terjadi pada masa
Dinasti Ming (1368-1644 M). Dalam bahasa Cina, Ming berarti gilang-gemilang
(Arab: Munawwarah). Dinasti Ming berdiri setelah berhasil menaklukkan Dinasti
Yuan yang berkuasa sejak tahun 1279-1368 M. Pimpinan pemberontakan Dinasti Yuan
dipimpin oleh Jenderal Kok Tze Hin, seorang panglima Muslim. Kok Tze Hin
kemudian menyerahkan pimpinan pasukan revolusi kepada menantunya, Chu Yuan
Chang (Emperor Chu). Ia berhasil merebut Kota Nanking beserta wilayah selatan
Yang Tze King, dan bagian utara ibu kota Khanbalik, yakni Peking.
Pada dinasti Ming inilah, Islam berkembang sangat pesat di Cina.
Umat Muslim pun mendominasi kegiatan ekspor dan impor. Kantor direktur
pelayaran secara konstan dipegang oleh Muslim selama periode ini. Pada masa
Dinasti Ming, umat Islam secara penuh berintegrasi (berbaur) dengan masyarakat
Han. Sebagian di antara mereka mengadopsi nama Muslim. Termasuk, berbusana
Muslim dan cara makan ala Islam.
Pada awal permulaan dari Dinasti Ming (1368-1644 M), Islam telah
tumbuh di Cina selama 700 tahun. Sebelum masa ini, Muslim mempertahankan
perbedaan--sebagai pihak asing di mana menunjukkan budaya, bahasa, dan tradisi
yang berbeda dan tidak bisa terintegrasi secara penuh dengan masyarakat Han.
Namun di bawah Dinasti Ming, Muslim terintegrasi secara penuh pada masyarakat
Han. Di antaranya, perubahan nama yang mulai menggunakan nama Islam kendati
dalam bahasa Cina.
Kebanyakan Muslim yang menikahi perempuan Han mengikuti nama
istrinya. Lainnya, menggunakan nama marga Cina seperti Mo, Mai, dan Mu yang
diadposi para pemilik nama Muhammad, Mustafa, dan Masoud. Yang tidak bisa
menemukan nama yang mirip dengan nama aslinya menggunakan nama yang digabungkan
seperti Ha untuk Hasan, Hu untuk Husein, dan Sai untuk Said.
Begitu juga dengan nama Islam, orang Cina menyebutnya, Yisilan
Jiabao, yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah
sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW).
Chaoyang Theatre
Setelah selesai melaksanakan sholat di Masjid Niujie, kami menuju Chaoyang
Theatre untuk menyaksikan akrobatik show yang sangat terkenal di Beijing.
Berbagai pertunjukan akrobat dan ketangkasan selama sekitar satu jam sungguh
memukau. Tidak heran kalau atlit-atlit senam china mendominasi pentas olah raga
dunia, sepertinya mereka dari kecil sudah terlatih dengan senam dan akrobat.
Cukup menghibur, setelah lelah seharian berjalan menapaki beberapa lokasi
wisata di Beijing. kebanyakan pemainnya masih berusia muda,kira-kira dari usia
belasan tahun sampai usia dua puluhan, mereka berputar, melompat, meliuk,
berjungkir balik dan menekuk anggota badannya dengan sangat lentur. Disamping
beberapa tarian ada juga beberapa akrobat yang ditampilkan seperti beberapa
pengendara motor yang mengendarai sepeda motornya didalam rangka bola raksasa
dari besi atau baja, yang berputar2
secara bersamaan.
Berbagai pertunjukan yang ada di Chaoyang Theatre
Hari sudah cukup gelap ketika
kami selesai menyaksikan pertunjukan di Chaoyang
Theatre. Perut kami sudah memberikan
isyarat untuk saatnya menuju rumah makan yang menyajikan Peking Roasted Duck atau Beijing
Kaoya atau biasa di sebut Bebek Peking,
adalah makanan khas Beijing yang
wajib dicicipi. Beberapa orang menganggap makanan ini menjadi salah satu
resep paling lezat di dunia dan sebagian besar pengunjung ke ibukota China
Beijing (sebelumnya peking), belum lengkap berkunjung ke Beijing kalau belum
coba yang satu ini. Hati-hati dengan status halalnya, sebaiknya kita tidak asal
masuk rumah makan, tetapi memilih rumah makan yang jelas-jelas diperuntukan
untuk muslim. Secangkir teh china yang sangat nikmat menutup acara makan malam
saat itu.
Selesai makan malam, kami segera menuju hotel dimana kami menginap,
untuk melepas lelah setelah seharian berkeliling-keliling Kota Beijing.
Hari kedua di Beijing, tubuh kami sudah lebih fresh dan lebih bisa beradaptasi
dengan lebih baik dengan musim semi di Beijing, agenda hari ini kami akan
mengunjungi Jade Museum, Great Wall, Burning cream centre, Beijing National
Stadium atau Bird Nest Stadium.
Museum Giok Bona Jade / Jade Museum
Bagi masyarakat China, giok alias jade bukan sekedar perhiasan.
Giok adalah kepercayaan yang dipakai untuk mengharapkan kesehatan dan
keberuntungan yang berlimpah. Maka tidak heran, giok kerap ditemukan di
rumah-rumah atau dipakai sebagai perhiasaan baik itu berupa kalung, gelang,
cincin, gantungan atau hiasan. "Giok itu makin lama pemakaiannya, makin
mahal harganya. Giok yang baru justru tidak berharga. Pakai dulu baru bisa
dijual," kata salah satu staf di Museum Giok Bona Jade, di Changping,
Beijing. Di Museum giok Bona Jade yang merupakan milik pemerintah tersebut,
sekaligus menjadi salah satu pusat penjualan giok terbesar di China yang
menjual ribuan jenis giok.
Memasuki museum seluas 6.000 meter persegi itu, pengunjung langsung disambut beberapa hiasan giok berbentuk ikan mas besar atau Jin Yu, Biksu dan anak naga atau Pi Xi. Giok ikan mas tersebut, biasa diletakkan di bagian depan rumah karena dipercaya membawa hoki mendatangkan kekayaan. Giok berbentuk kepala anak naga atau Pi Xi menjadi simbol yang fungsinya tidak jauh beda dengan Jin Yu, yakni diyakini bisa mengumpulkan uang bagi penghuni rumah dan satu lagi, bisa mencegah rumah dari hantu. "Anak naga itu makannya emas dan perak tetapi tidak dikeluarkan. Selain buat pajangan di rumah, bentuk anak naga bisa juga dibuat untuk hiasan kalung atau gantungan kunci," staf museum tadi lebih lanjut. Ia menambahkan, Pi Xi harus diletakkan dengan posisi kepala menghadap pintu atau jendela atau arah depan rumah. "Semakin besar mulut dan bagian belakang anak naga, maka khasiatnya semakin bagus". Kedua model giok tersebut merupakan jenis giok lembut yang bisa dibentuk menjadi ukiran. Sedangkan jenis giok keras biasanya dibuat untuk perhiasan. Giok pun tidak melulu berwarna hijau karena ada 32 macam warna giok seperti merah, ungu, kuning, dan cokelat meskipun warna hijau memang dipercaya yang paling bagus. Selain itu, giok keras juga memiliki level kualitas yang berbeda. Staf museum tadi lalu mengangkat tangan kanan dan kirinya yang masing-masing memegang gelang dari batu giok. Kedua gelang itu sama-sama berwarna hijau. Lalu, mana gelang yang memiliki kualitas giok nomor satu? Ternyata, ada beberapa tips untuk mengenal giok yang memiliki kualitas paling bagus, antara lain diketahui dari nyaring suaranya. "Semakin nyaring, maka kualitasnya makin bagus," ujar staf tadi. Selain itu, giok yang terasa lebih dingin juga dijamin mengandung zat mineral yang lebih besar. Tips lainnya, dilihat dari warna yang semakin gelap, kilap dan tembus cahaya serta dari beratnya, jadi Giok bukan soal ukuran besar atau kecil, Kegemaran masyarakat China terhadap giok tidak lepas dari sejarah karena giok memang bagian dari kebudayaan China.
Memasuki museum seluas 6.000 meter persegi itu, pengunjung langsung disambut beberapa hiasan giok berbentuk ikan mas besar atau Jin Yu, Biksu dan anak naga atau Pi Xi. Giok ikan mas tersebut, biasa diletakkan di bagian depan rumah karena dipercaya membawa hoki mendatangkan kekayaan. Giok berbentuk kepala anak naga atau Pi Xi menjadi simbol yang fungsinya tidak jauh beda dengan Jin Yu, yakni diyakini bisa mengumpulkan uang bagi penghuni rumah dan satu lagi, bisa mencegah rumah dari hantu. "Anak naga itu makannya emas dan perak tetapi tidak dikeluarkan. Selain buat pajangan di rumah, bentuk anak naga bisa juga dibuat untuk hiasan kalung atau gantungan kunci," staf museum tadi lebih lanjut. Ia menambahkan, Pi Xi harus diletakkan dengan posisi kepala menghadap pintu atau jendela atau arah depan rumah. "Semakin besar mulut dan bagian belakang anak naga, maka khasiatnya semakin bagus". Kedua model giok tersebut merupakan jenis giok lembut yang bisa dibentuk menjadi ukiran. Sedangkan jenis giok keras biasanya dibuat untuk perhiasan. Giok pun tidak melulu berwarna hijau karena ada 32 macam warna giok seperti merah, ungu, kuning, dan cokelat meskipun warna hijau memang dipercaya yang paling bagus. Selain itu, giok keras juga memiliki level kualitas yang berbeda. Staf museum tadi lalu mengangkat tangan kanan dan kirinya yang masing-masing memegang gelang dari batu giok. Kedua gelang itu sama-sama berwarna hijau. Lalu, mana gelang yang memiliki kualitas giok nomor satu? Ternyata, ada beberapa tips untuk mengenal giok yang memiliki kualitas paling bagus, antara lain diketahui dari nyaring suaranya. "Semakin nyaring, maka kualitasnya makin bagus," ujar staf tadi. Selain itu, giok yang terasa lebih dingin juga dijamin mengandung zat mineral yang lebih besar. Tips lainnya, dilihat dari warna yang semakin gelap, kilap dan tembus cahaya serta dari beratnya, jadi Giok bukan soal ukuran besar atau kecil, Kegemaran masyarakat China terhadap giok tidak lepas dari sejarah karena giok memang bagian dari kebudayaan China.
Pada masa kuno, giok hanya bisa dimiliki orang-orang kaya saja. Sampai
sekarang, giok bahkan dinilai lebih berharga ketimbang emas, Orang Cina lebih
suka menyimpan giok daripada emas. Oleh sebab itu, harga giok pun tidak murah.
Di Bona Jade yang menyediakan giok dari berbagai macam provinsi seperti Yunan,
Xinjiang, Liaoning, bahkan Burma itu dijual dengan kisaran 100 yuan hingga 2
juta yuan (1 yuan sekitar Rp2.200). Setelah menyempatkan untuk membeli beberapa
perhiasan giok sebagai kenang-kenangan ,selanjutnya kami menuju bus yang
mengangkut kami untuk melanjutkan perjalanan kami. Sasaran selanjutnya adalah
kami menuju great wall atau tembok china.
Beberapa koleksi yang ada di Museum Giok
Great Wall / Tembok Raksasa
Berkunjung ke Beijing tidak
lengkap rasanya tanpa singgah di The Great Wall of China.
Bangunan yang dibangun selama tiga dinasti ini merupakan tembok raksasa buatan
manusia yang terpanjang di dunia, dan termasuk salah satu dari tujuh
keajaiban dunia. Panjang keseluruhan The Great Wall of China adalah
8.851 km. Namun dari tahun ke tahun tembok ini mengalami kerusakan, sebagian
besar diakibatkan oleh pembangunan infrastruktur yang serampangan, pencurian
artefak dan renovasi bagian-bagian tembok yang dilakukan sembarangan.
The Great Wall of China
terbagi ke dalam empat sektor yaitu, Simatai,
Bataling, Juyongguan, dan Mutianyu.
Saat ini kami berkesempatan untuk singgah di sektor Juyongguan. Local Guide
di sana mengatakan bahwa Juyongguan dan Bataling memang adalah sektor yang
paling ramai dikunjungi wisatawan, karena di sektor ini kita bisa mendapatkan
pemandangan yang paling bagus. Sementara di Simatai meski kita bisa mengunjungi
titik tertinggi dari bagian tembok China yaitu pos jaga Wangjinglou dengan
ketinggian 986 meter di atas permukaan laut, tapi jalanan menuju ke sana sangat
curam dan menantang, memakan waktu sampai 2,5 jam dari kota Beijing.
Tembok Besar Tiongkok atau Tembok Raksasa Tiongkok , juga dikenal di Tiongkok dengan nama Tembok
Sepanjang 10.000 Li ( Wànlĭ Chángchéng ) , Menurut catatan sejarah,
setelah tembok panjang dibangun oleh Dinasti Ming, barulah dikenal istilah
"changcheng" (长城,
"tembok besar" atau "tembok panjang"). Sebelumnya istilah
tersebut tidak ditemukan. Istilah Tembok Besar Tiongkok dalam Bahasa Mandarin
adalah "wanli changcheng", bermakna "tembok yang panjangnya 10
ribu li". Pada masa sekarang istilah ini resmi digunakan.
Tembok
Besar Tiongkok tidak panjang terus menerus, tetapi merupakan kumpulan
tembok-tembok pendek yang mengikuti bentuk pegunungan Tiongkok utara. Pada
tanggal 18 April 2009, setelah investigasi secara akurat oleh pemerintah
Republik Rakyat Tiongkok, diumumkan bahwa tembok raksasa yang dikonstruksikan
pada periode Dinasti Ming panjangnya adalah
8.851 km.
Pada
tahun 2009, Badan Survei dan Pemetaan dan Badan Administrasi Warisan Budaya
Republik Rakyat Tiongkok melakukan penelitian untuk menghitung ulang panjang
Tembok Besar Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tembok Besar Tiongkok
lebih panjang daripada rentang yang saat ini diketahui. Menurut pengukuran,
panjang keseluruhan tembok mencapai 8.851 km. Proyek tersebut juga telah
menemukan bagian-bagian tembok lain yang panjangnya 359 km, parit
sepanjang 2232 km, serta pembatas alami seperti perbukitan dan sungai
sepanjang 2232 km. Rentang rata-rata Tembok Besar Tiongkok adalah
5000 km, umumnya dikutip dari berbagai catatan sejarah.
Berdasarkan
bukti tertulis yang bisa diterima umum, pada dasarnya Tembok Besar Tiongkok
dikonstruksikan mayoritas pada periode Dinasti Qin, Dinasti Han dan Dinasti Ming. Namun, sebagian besar rupa
tembok raksasa yang berdiri pada saat ini merupakan hasil dari periode Ming.
Tembok Besar Tiongkok dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia
Pada tahun 1987,
bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan
Dunia UNESCO.
Sudut-Sudut
Tembok Raksasa
Tembok Raksasa pada periode
Dinasti Qin
Sebelum
periode Dinasti Qin, pembangunan tembok raksasa paling awal dilakukan pada Zaman Musim Semi
dan Gugur (722 SM-481 SM) dan Zaman Negara Perang
(453 SM- 221 SM) untuk menahan serangan musuh dan suku-suku dari utara
Tiongkok. Negeri-negeri yang tercatat berkontribusi dalam konstruksi pertama
antara lain negeri Chu, Qi, Yan, Wei dan Zhao. Dalam periode-periode
berikutnya, tembok raksasa bertambah panjang, diperbaiki dan dimodifikasi.
Pada
tahun 220 SM di bawah perintah Kaisar Qin Shi Huang, Jendral Meng Tian
mengumpulkan tenaga kerja sebanyak 300 ribu orang untuk menyambungkan
tembok-tembok sebelumnya sebagai garis pertahanan. Pembangunan yang memakan
waktu 9 tahun memerlukan biaya mahal dan mengorbankan rakyat jelata. Tenaga
kerja yang jadi korban mencapai jutaan jiwa sehingga negara menjadi lemah.
Kebencian rakyat pada kerja paksa tersebut memicu kemarahan petani yang
berontak menggulingkan Dinasti Qin. Setelah itu, pembangunan tembok raksasa
tidak dilanjutkan.
Tembok Raksasa pada periode Dinasti Han
Tahun
127 SM, saat Kaisar Han Wudi berkuasa
(140 SM-87 SM), proyek renovasi dan pembangunan bagian-bagian tembok lama
dilaksanakan selama 20 tahun menambah panjang tembok secara keseluruhan menjadi
1000 km. Pada periode pertama Han, tembok raksasa berfungsi sebagai pelindung
kawasan barat dari Bangsa Hun yang mengancam rakyat
Tiongkok. Setelah pengaruh Hun melemah, pembangunan tembok tidak dilanjutkan.
Mulai tahun 39 M, atas perintah Guang
Wudi, jendral Ma Cheng
memulai kembali proyek pembangunan tembok besar. Pada saat itu, bangsa Hun
terpecah menjadi 2 bagian, utara dan selatan. Bangsa Hun utara berhasil
ditundukkan oleh Han sementara bagian selatan berdamai. Setelah itu,
pembangunan tembok raksasa ditinggalkan karena Tiongkok sudah mempunyai
kekuatan militer yang besar.
Tembok Raksasa pada periode Dinasti Ming
Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), setelah menaklukkan bangsa Mongol,
tembok raksasa dari periode sebelumnya dikonstruksikan kembali, dengan catatan
panjang 5.650 km. Pada masa ini, Tembok Besar Tiongkok dibagi ke dalam 9
distrik militer yang dilengkapi benteng-benteng pertahanan dan pintu gerbang
untuk mengawasi daerah perbatasan. Di atasnya dibuat jalan sebagai jalur
transportasi. Pintu gerbang paling timur dinamakan Shanhaiguan
dan pintu gerbang paling barat dinamakan Jiayuguan.
Menara Suar Pada Tembok Raksasa
Menara
suar atau fenghuotai digunakan untuk menyampaikan pesan militer dengan cara membuat sinyal asap pada siang hari dan api pada malam hari untuk memberitahukan
adanya gerak-gerik musuh. Merupakan salah satu bagian tembok besar terpenting, struktur
ini dibuat di tiap bagian tembok raksasa dengan material local. Di daerah pegunungan,
tersusun dari batu bata, di padang rumput atau gurun
terbuat dari tanah liat. Bentuk bisa bulat, lonjong dan persegi. Terdapat 3 jenis
menara suar, yakni tipe yang dibangun di atas tembok, dalam tembok atau
dibangun terpisah untuk mengintai musuh.
Menara
suar di tembok Mutianyu
Pintu
Gerbang (Celah) Pada Tembok Raksasa
Struktur
pintu gerbang berfungsi sebagai benteng pada posisi-posisi penting,
Tersusun dari:
- Chengqiang atau tembok pertahanan, dengan tinggi maksimal 10 meter. Bagian luar terbuat dari batu bata besar atau batu granit. Bagian dalam terbuat dari tanah kuning atau campuran batu-batu kerikil. Di atas tembok dapat dilalui penunggang kuda. Di sisi tembok terdapat tembok pelindung berbentuk persegi sebagai tempat untuk mengawasi dan berlindung.
- Chenglou atau menara gerbang: pintu untuk keluar masuk perbatasan, sebagai tempat keluarnya pasukan saat menyerang musuh. Gerbang dinamakan sesuai dengan nama celah.
- Wangcheng: tembok kecil di luar tembok besar yang berfungsi sebagai pelindung pintu gerbang.
- Luocheng: tembok kedua untuk melindungi wengcheng
- Parit dan saluran air dalam untuk memperlambat gerakan musuh, memberi kesempatan untuk menyerang dengan cepat.
Gerbang Shanhaiguan Gerbang Joyungguan
Tembok
Tembok
merupakan badan utama arsitektur tembok raksasa. Fungsinya menghubungkan menara
suar, menara pengintai dan pintu gerbang menjadi sebuah garis pertahanan.
Ketinggiannya tergantung pada bentuk dataran. Pada daerah-daerah strategis dibuat lebih
tinggi. Pada saat melintasi gunung atau daerah dengan bentuk tidak
rata dibuat serendah mungkin untuk menghemat bahan dan tenaga. Rata-rata tinggi
tembok 23-26 kaki.
Bagian-bagian
penting di tembok:
- nuqiang (女牆), tembok pelindung di sisi atas struktur tembok. Dibangun untuk melindungi tentara dan kuda di atas tembok. Jika tembok raksasa melintasi sisi gunung curam, hanya dibangun satu buah nuqiang untuk menghemat bahan.
- duokou (垛口) tembok bercelah untuk mengintai. Doukou ini masih dilapisi oleh lapisan tembok lagi sebagai pelindung. jalur kuda:jalan setapak di sebelah menara pengintai yang bisa dilewati penunggang kuda untuk mencapai bagian atas tembok
- quanmen: pintu melengkung di bagian dalam tembok sebagai jalan masuk ke atas tembok.
Tembok Badaling Tembok
Jiayuguan
Tembok antara Simatai
dan Jinshanling
Material Tembok Raksasa
Material yang digunakan untuk membuat tembok
raksasa beda-beda sesuai periode dinasti.
Sebelum batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari tanah,
batu dan kayu.
Karena pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para pekerja
memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya. Saat melewati gunung, batu gunung akan digunakan. Pada saat
membangun di tanah datar, tembok dibuat dari tanah yang digemburkan dan jika
melewati padang gurun, bahan yang digunakan adalah rerumputan
campur pasir dan ranting-ranting pohon konifer. Tembok dari bahan ini rapuh,
mudah ditembus dan cepat hancur.
Pada masa Dinasti Qin, teknologi
belum maju, sehingga material yang digunakan adalah tanah atau tanah campur
kerikil. Pada masa itu struktur benteng belum didirikan. Beberapa bagian tembok
hanya terdiri dari gundukan batu-batu besar.
Pada masa Dinasti Han, bahan
tanah dan batu seperti masa sebelumnya masih umum digunakan.
Pada masa Dinasti Tang, batu
bata sudah diproduksi. Namun, karena mahal, hanya terbatas pada gerbang kota
dan tembok yang dekat.
Baru pada zaman Dinasti Ming, teknologi pembangunan tembok sudah
lebih maju. Namun, baru pada pertengahan periode dinasti tersebut batu bata
berkualitas diproduksi. Batu bata lebih baik daripada tanah atau batu kerikil karena lebih ringan, tahan beban dan
lebih efektif dalam waktu yang cepat. Batu masih dipakai, terutama untuk
fondasi, pinggiran luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih kuat daripada batu
bata. Adukan batu kapur dengan beras
ketan efektif sebagai semen
yang dapat merekatkan batu bata.
Bird Nest Stadium
Beijing National Stadium atau yang lebih dikenal dengan nama Bird Nest Stadium adalah salah satu ikon
Olimpiade 2008. Kemegahan dan kerumitan arsitekturnya menjadi keunikan tersendiri
yang membuat stadion ini sangat khas dibanding stadion-stadion lain didunia.
Stadion yang lebih dikenal sebagai 'sarang burung' terbesar di dunia
ini , memiliki luas 333 x 294 meter
persegi ini memang terlihat menawan saat bus yang membawa kami dan rombongan
memasuki area Olympic Green, yang menjadi pusat penyelenggaraan Olimpiade
Beijing pada 2008 lalu. Desain luarnya memang sungguh tak biasa, tampak tak
beraturan, namun sangat menawan. Kulit
luar stadion berkapasitas 80 ribu penonton ini didesain mirip seperti sarang
burung. Desain ini diambil dari salah satu bagian ilmu keramik Tiongkok.
Seorang seniman ternama Tiongkok, Ai Weiwei, menjadi konsultan untuk desain
stadion.
Bagian yang mirip sarang burung itu dibuat dari material baja. Selain sisi
artistik, bagian itu memiliki fungsi melindungi bagian atap stadion yang bisa
dibuka tutup.
Masuk ke bagian dalam stadion,
pengunjung akan dibuat terpikat desain langit-langit ruangan yang ada di
stadion itu. Sama seperti bagian luar, desain langit-langitnya pun tak dibuat
sederhana, lagi-lagi ketidaberaturan yang menawan.
Bagian stadion yang dimasuki
dari pintu barat disebut Gold Hall. Hal ini dikarenakan dinding yang berada
disisi jalan sesaat akan menuju eskalator itu berwarna emas. Membuat pengunjung
merasa sedang memasuki bangunan yang benar-benar mewah. Sesampainya di ujung
elevator, terdapat ruang tunggu dan pertemuan VIP. Terdapat lukisan berbagai
olahraga tradisional China di dinding ruang tunggu. Ada juga ornamen berbentuk
burung di bagian pintu dan dinding yang makin menegaskan bahwa tempat itu layak
dijuluki sarang burung. Stadion yang pembangunannya menghabiskan dana US$ 428
juta ini memang jelas terlihat kemegahannya.
Bird Nest Stadium saat malam hari
Bird Nest Stadium saat sore hari
Water Cube - Beijing National Aquatics Center
Selain daripada Bird Nest, bangunan
menarik yang terletak di hadapan Stadium sarang burung ini adalah Water Cube.
Water Cube adalah bangunan kotak berwarna biru dengan pola gelembung air
irregular dengan luas lantai 70 ribu meter persegi , kapasitas lima kolam dan
17 ribu penonton yang menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan berenang ,
loncat indah , renang indah , diving dan polo air pada even Olimpiade Beijing
2008 yang silam
Frame kotak pada
Water Cube disusun oleh pipa baja yang terhubung dalam 12 ribu titik beban,
dibungkus dengan lapisan membran seluas 100 ribu meter persegi membentuk keindahan
bangunan dan efisiensi energi. Sang arsitek mengklaim bahwa panel
permukaan akan menghemat energi sebesar 30% untuk penyediaan cahaya dan
dan menjaga temperatur tetap terjaga.
Temperatur untuk
kolam renang pertandingan dikontrol dengan menggunakan energi matahari dan air
yang mengisi kolam melalui prosedur penyaringan ganda. Struktur geometri
pada permukaan bangunan berbentuk gelembung air yang melambangkan kebahagiaan
dan ketenangan. Gelembung-gelembung terhubung satu sama lain membentuk kluster
sirkular yang melambangkan langit . Bentuk kotak secara keseluruhan
melambangkan bumi. Pasangan "Water Cube" yang berbentuk kotak dan
"Bird Nest" yang sirkular juga melambangkan kosmologi dalam budaya
Tionghua.
Water Cube saat malam hari
Udara musim semi dipagi hari
terasa sangat dingin ketika kami bangun dari tidur di hari ketiga kami
dibeijing. Agenda hari ini kami akan mengunjungi beberapa tempat wisata lain
yang ada di Beijing, seperti : summer palace, Beijing zoo/panda
palace,wangfujing shopping street, xiu shui market.
The Summer Palace
The Summer Palace atau Yihe Yuan atau
dalam Bahasa Indonesia
menjadi Istana Musim Panas
adalah istana yang
terletak di Barat Laut Distrik Haidian, Beijing, berjarak sekitar 15 km (9,3
mil ) dari pusat kota Beijing. Summer Palace meupakan taman terindah di
Tiongkok yang terkenal akan pemandangan alamnya dan sejarah budayanya sehingga The
Summer Palace dijuluki sebagai “The
Museum of Royal Garden”.
The
Summer Palace mulai dibangun pada tahun 1750 pada
zaman Dinasti Jin, dan digunakan sebagai area
hiburan serta taman kerajaan yang mewah untuk para anggota keluarga kerajaan. Pada awal pembuatan mempunyai nama Taman Qingyi. Namun
pada masa – masa akhir pemerintahan Dinasti Qing, taman ini berubah kegunaanya
menjadi tempat permukiman para keluarga raja. Menurut catatan sejarah, The
Summer Palace ini juga merupakan tempat peristirahatan terakhir Ibu Suri Cixi.
The
Summer Palace memiliki luas sekitar 300 hektar, yang mencakup lebih dari 3.000
bangunan. Area bangunan lebih dari 70.000 meter persegi, termasuk pavilliun,
menara, jembatan, dan koridor. Bangunan ini merupakan gabungan dari
gedung-gedung yang disatukan secara serasi, merefleksikan hubungan harmonis
antara manusia dan alam sekitarnya. Tiga perempat bagian dari Summer Palace
adalah air yang terbentuk sebagai Danau Kunming.
Front-Hill Area
Front-Hill
Area merupakan wilayah dari kompleks Summer Palace yang mempunyai bangunan
terbanyak, dimana bangunan-bangunan di tempat ini didesain secara simetris
antara bagian barat dengan bagian timur dilengkapi dengan taman yang indah
dengan pusatnya adalah Tower of Buddhist Incese. Tower ini mempunyai desain ala
China klasik dengan bentuk oktagonal. Bangunan dengan desain yang cukup megah
dengan ketinggian 41 meter menjadi proyek pembangunan yang terbesar pada masa
itu,dan menghabiskan dana sebesar 780 ribu tael perak.
Air danau Kunming membeku pada saat musim dingin
Lake Area
Wilayah
ini mencakup area yang luas dengan total jembatan yang ada sekitar 30 jembatan
di kompleks istana ini. Di sini terdapat Seventeen-Arch Bridge yang merupakan
jembatan terbesar di Summer Palace dengan panjang 150 meter dan lebar 8 meter. Jembatan
ini menghubungkan antara Danau Kunming bagian barat dengan Pulau Nanhu yang ada
di sebelah timur.
Jembatan
yang ada di Danau Kunming
Taman
yang indah ini pernah hancur pada saat serangan Pasukan Sekutu Anglo-Perancis
kemudian dikembalikan ke fondasi awal pada tahun 1886
setelah sebagian besar hancur karena perang pada tahun 1860. Namanya kemudian diubah menjadi Yuan Ming Yuan dan terakhir menjadi Yihe Yuan
oleh Ibusuri Cixi pada tahun 1881. Perubahan terakhir
disertai renovasi besar-besaran. Setelah renovasi itu, Ibusuri Cixi
kemudian tinggal disana.
Menurut
catatan sejarah, nama The Summer Palace ini bukanlah nama sebenarnya, nama
aslinya ialah Qingyi Garden yang menggabungkan
kekayaan dan keindahan alam seperti bukit dan perairan dengan bangunan buatan
manusia seperti paviliun,balai,
kuil, istana dan jembatan. Nama tersebut diganti setelah
rekonstruksi pertama pada tahun 1888. Pada tahun 1924, taman ini dibuka secara
umum, dan pada tahun 1998 Summer Palace ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs
warisan dunia dan mendapatkan peringkat sebagai tempat wisata terbaik di
Tiongkok.
Sudut-Sudut Summer Palace
Beijing Zoo/Panda House
Tak
lengkap rasanya kalau ke Beijing tidak menengok hewah khas dari Cina yang
berwarna hitam dan putih. Apalagi kalau bukan panda. Hewan yang satu ini
merupakan hewan yang hidup di daerah pegunungan di Cina. Makanan hewan ini
adalah rebung atau pohon bambu yang masih muda. Anda dapat menemukan hewan ini
di Panda House yang ada didalam Kebun Binatang Beijing (Beijing Zoo). Kebun
binatang ini terletak di Distrik Xicheng, tidak jauh dari Istana Terlarang.
Kebun binatang ini berdiri di atas tanah seluas 200 hektar. Beijing Zoo,
seperti kebun binatang pada umumnya, memilki koleksi binatang yang variatif.
Tapi yang jadi primadona adalah Panda House, tempat binatang khas China berada.
Jika ingin melihat panda beraktivitas harus datang pagi hari saat mereka makan
karena setelah makan mereka lebih banyak tidur.
Panda di Kebun Binatang Beijing
Wangfujing Shopping Street
Pada sore
harinya kami menyempatkan jalan-jalan ke kawasan perbelanjaan ‘ Wangfujing Shopping Street ‘, Letaknya di tengah kota, berdekatan dengan
Forbidden City dan Tiananmen Square sekitar 2,5 km. Dikawasan
perbelanjaan yang cukup ramai ini kita bisa memperoleh banyak barang-barang
souvenir atau sekedar untuk kenang-kenangan, kita harus berani untuk melakukan
tawar menawar, karena harga yang ditawarkan penjual biasanya belum pasti, dan
kalau kita beruntung kita bisa menawar sampai setengahnya atau bahkan lebih
dari itu.
Belanja
memang melekat dengan Wangfujing, Selama berabad-abad, Jalan Wangfujing yang sebenarnya
adalah jalanan sepanjang kurang lebih 1,5 kilometer yang cukup lebar, menyuguhkan
berbagai aktivitas perniagaan di Beijing. Saat ini, tempat ini sangat populer
di kalangan pembelanja dan wisatawan yang berduyun-duyun datang untuk mencari
pakaian murah dan unik. Salah satu jalanan di Beijing ini boleh dibilang adalah
tempat belanja favorit, gak hanya untuk turis asing dan domestik, tapi juga
warga Beijing sendiri. Ada banyak bangku, bar, restoran, dan kafe di jalan raya
komersial yang sibuk ini, semuanya menawarkan banyak pilihan beristirahat. Umumnya
para pengunjung akan berjalan-jalan menyusuri jalanan tersebut. Di
kiri-kanannya, ada deretan toko mulai dari yang menjual pakaian, pernak-pernik,
barang elektronik, tekstil, mainan sampai makanan dan minuman. Dari mulai toko
modern bermerk sampai toko kelontong tradisional lengkap ada di sini.
Wangfujing lebih ramai lagi mulai sore hingga tengah malam, Gemerlapnya lampu
dan banyaknya lalu lalang orang melintasi jalan ini di malam hari, bikin
pemandangan di kawasan ini meriah. Asyiknya, kita bisa jalan santai di
Wangfujing. Gak khawatir ditabrak kendaraan. Soalnya kawasan ini memang sengaja
tertutup buat kendaraan bermotor.
Jalan
Wangfujing
Penulis :
Nama : Abu Raihan alias Yoyon
Indrayana
Tempat tanggal lahir : Malang, 22 juli 1966
Alamat :
Perumahan Graha pitaloka C-11, Jl. Sekar Kemuning
RT.002/RW.013, Kel.Karyamulya,
Kec.Kesambi,Kota Cirebon
Npmpr HP :
0812 8402 4994
menunjukkan pukul 08.00
waktu Beijing, ketika pesawat Airbus 330 CHINA AIR,dengan nomor penerbangan CA
978 yang membawa kami dan rombongan dari Jakarta mendarat di Běijīng
Shǒudū Guójì Jīchǎng, Bandar udara internasional di Beijing,
Republik Rakyat Tiongkok. Bandara ini berlokasi di Distrik Chaoyang,
32 km (20 mi) timur laut dari pusat kota Beijing. Bandara ini
dimiliki dan dioperasikan oleh Beijing Capital International Airport Company Limited,
sebuah perusahaan yang dikontrol oleh pemerintah. Bandara Ibu Kota yang menjadi
pusat operasi Air China, maskapai penerbangan nasional di Republik Rakyat
Tiongkok, yang terbang ke sekitar 120 tujuan (tidak termasuk kargo)
dari Beijing. Hainan Airlines
dan China Southern
Airlines juga menggunakan bandara ini sebagai jalur perhubungan
mereka. Bandar
Udara Internasional Ibu kota Beijing merupakan bandara tersibuk kedua di dunia berdasarkan trafik
penumpang.
Běijīng
Shǒudū Guójì Jīchǎng, Bandar udara internasional di Beijing
Hari
itu sabtu, 14 april 2018, hawa dingin menerpa begitu kami menuruni tangga
pesawat, setelah terbang selama kurang lebih 7(tujuh) jam diketinggiaan 40.000
kaki(feet) rasanya tubuh ini perlu segera beradaptasi dengan kondisi dan cuaca
setempat, saat itu di Beijing masih musim semi. Musim semi yang
berlangsung dari bulan Maret hingga awal Juni dianggap sebagai musim terbaik
untuk mengunjungi China, Udara saat musim semi terasa sejuk, Bunga mawar
tiongkok (rosa chinensis) dan seruni (chrysanthemum morifolium) dengan beraneka
warna merah, kuning dan putih pun mulai bermekaran di sepanjang jalan. Udara
yang masih cukup dingin kala itu, tidak terlalu menjadi hambatan bagi kami, Di
pagi hari dan menjelang petang suhu udara berkisar antara 7-9 derajat celcius,
namun di siang hari bisa mencapai 26 derajat celcius. Belakangan kami ketahui,
seminggu sebelum tanggal kedatangan kami, salju masih sempat turun dan sungai
utama yang mengalir melalui kota ini, yaitu Sungai Yongding dan Sungai Chaoba
airnya membeku.
Kami disambut Ms. Hani, seorang local guide yang cukup
lancar berbahasa Indonesia yang selanjutnya mengajak kami untuk naik ke dalam
Bus yang sudah disiapkan untuk menemani rombongan kami sebanyak 16 orang
bejalan-jalan keliling Beijing. Beijing
(Tionghoa: 北京; Pinyin: Běijīng; Wade-Giles: Pei-ching ) adalah ibu kota Republik Rakyat
Tiongkok dan salah satu kota terpadat di dunia, dengan populasi
kurang lebih 25.000.000 pada tahun 2018, Beijing merupakan kota terbesar kedua
di Tiongkok setelah Shanghai dari segi populasi perkotaan dan
merupakan pusat politik, budaya, dan pendidikan. Beijing adalah
kota markas dari sebagian besar perusahaan BUMN terbesar Tiongkok dan pusat utama jalan raya nasional,jalan
tol, jalur kereta api, dan jaringan rel kereta cepat.
Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade 2008
dan terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim
Dingin 2022, yang akan membuatnya menjadi kota pertama yang
pernah menjadi tuan rumah kedua iven tersebut.
Tiananmen Square
Pada hari pertama kami di Beijing
ini ada beberapa destinasi wisata yang akan kami kunjungi. Yang pertama kami
datangi adalah Tiananmen Square,
adalah alun-alun yang terletak di tengah kota Beijing, persis
berhadapan dengan Forbidden City. Nama
Tiananmen sendiri diambil dari nama gerbang masuk yang ada di Forbidden
City (Kota Terlarang) yang memiliki arti The Gate of
Heavenly Peace (gerbang kedamaian surgawi). Gerbang tersebut terletak di sebelah utara Lapangan Tiananmen
, pertama kali dibuat pada masa Dinasti Ming, Tiananmen telah menjadi
salah satu simbol terpenting Tiongkok sampai sekarang. Tembok gerbang tersebut
memiliki panjang 66 meter, lebar 37 meter, dan tinggi 32 meter. Di atasnya ada
atap dengan desain tradisional Tiongkok. Di depan gerbang tersebut ada empat
patung singa - dua patung persis di depan gerbang dan dua lainnya di jembatan
sebelum gerbang - yang dalam budaya Tionghoa diyakini dapat menangkal
roh jahat.
Dua
plakat raksasa digantung di masing-masing sisi gerbang: plakat kiri tertulis
"Panjang Umur Republik Rakyat Tiongkok" (Tionghoa: 中华人民共和国万岁; Pinyin: Zhōnghuá rénmín gònghéguó wànsuì), sementara plakat kanan
tertulis "Panjang Umur Persatuan Rakyat Dunia" (Hanzi: 世界人民大团结万岁;
Pinyin: Shìjiè rénmín dà tuánjié wànsuì). Pada tahun 1964, karakter Hanzi tradisional yang digunakan di plakat
diganti menjadi karakter Hanzi sederhana. Di antara kedua
plakat, tergantung foto pendiri RRT Mao Zedong
yang selalu diganti setiap tahunnya. Selain foto Mao Zedong, tokoh lain juga pernah
digantungkan fotonya di Tiananmen, seperti Sun Yat-sen
dan Chiang Kai-shek pada era Republik Tiongkok, Zhu De yang
fotonya pernah disandingkan dengan foto Mao untuk beberapa waktu, dan Joseph Stalin saat kematiannya pada
tahun 1953.
Luas
Tiananmen Square
yang mencapai 440.000 meter persegi menjadikannya sebagai alun-alun terbesar di
dunia. Lapangan ini terletak pada koordinat 116°23′17″BT dan 39°54′27″LU. Dengan panjang 800 meter dari utara
ke selatan serta lebar 500 meter dari barat ke timur, lapangan ini terletak di
luar pintu selatan Istana Kuno Dinasti
Ming dan Qing. Di sebelah selatan lapangan ini, ada dibangun
sebuah bangunan yang merupakan Mausoleum
Ketua Mao. Di dalam bangunan ini, jenazah Ketua Mao Zedong yang diawetkan di dalam
kotak kaca ditempatkan. Di sebelah utara lapangan ini ada tiang bendera di mana
setiap harinya diadakan upacara penaikan dan penurunan bendera oleh tentara
kehormatan. Di lapangan ini tidak boleh ada papan dan poster reklame, bahkan
bus dan kendaraan yang melintasi jalan di depan lapangan juga tidak
diperbolehkan memiliki reklame di badan bus maupun kendaraan. Peristiwa penting
bersejarah yang terjadi di lapangan ini adalah Demonstrasi Tiananmen 1989 yang
kemudian berakhir dengan peristiwa berdarah Insiden Tiananmen 1989.
Sudut-sudut Tiananmen
Square
Sudut-sudut Tiananmen
Square
Forbidden City
Dari
Tiananmen Square
Perjalanan dilanjutkan ke Forbidden
City, Kota Terlarang
(bahasa Inggris: The Forbidden City;
bahasa Mandarin: 紫禁城; pinyin: Zǐjìn Chéng) yang dapat
diterjemahkan dengan "Kota Terlarang Ungu", sering disebut juga
dengan "Istana Terlarang” ialah bekas istana kekaisaran China dan
dijadikan tempat tinggal keluarga kaisar selama 500 tahun, terletak persis di
tengah-tengah kota kuno Beijing, dari jaman Dinasti Ming hingga dinasti Qing.
Di jaman dahulu tidak ada orang yang boleh keluar masuk komplek istana kecuali
atas izin kaisar, sebab itulah disebut sebagai “Kota Terlarang”. Dikenal
sebagai "Museum Istana" (bahasa Mandarin:故宫博物院; pinyin:Gùgōng
Bówùyùan), lokasi ini memiliki luas sekitar 720,000 meter persegi, 800 bangunan
dan lebih dari 8.000 ruangan. Kota Terlarang, oleh UNESCO disebut merupakan koleksi terbesar
struktur kayu kuno di dunia, dan terdaftar sebagai salah satu Situs Warisan
Dunia UNESCO pada 1987
sebagai "Istana Kerajaan Dinasti Ming dan Qing". Lokasi istana
kerajaan berada di utara dari lapangan Tiananmen
dan dapat diakses dari lapangan tersebut melalui Gerbang Tiananmen.
Lokasi tersebut dikelilingi oleh suatu wilayah luas yang disebut Kota Kerajaan.
Sudut-sudut Forbidden City
Sudut-sudut Forbidden City
Temple of Heaven
Tempat
berikutnya yang kami kunjungi adalah Temple of Heaven, Tian Tan (天坛) atau dalam Bahasa Indonesia Kuil Surga adalah tempat pemujaan agama Khonghucu & Tao yang terletak di Beijing , Dibagun
pada abad 15 M ,tepatnya dimulai tahun 1420 M (Dinasti Ming)
dan dibuat di atas lahan seluas 2.700 KM². Arsitekturnya menyimbolkan hubungan bumi
dan langit (manusia dan Tuhannya).
Ini berkaitan dengan kaisar sebagai anak langit dalam kepercayaan Mitologi Cina. Dibangun sebagai persembahan
untuk langit. Ini adalah alasan mengapa Kota Terlarang berukuran lebih kecil, karena
kaisar tidak berani membuat tempat tinggal yang lebih besar daripada kuil
langit (Tuhan). Tian Tan dikelilingi tembok yang
panjang. Di bagian utara dibuat agak bulat menyimbolkan langit dan selatan persegi
menyimbolkan bumi. Hal ini selaras dengan pemikiran Tiongkok kuno yang berbunyi Surga itu
bulat dan bumi itu persegi. Bagian utara juga dibuat lebih tinggi dari
bagian selatannya.
Sudut-sudut Temple of Heaven
Sudut-sudut Temple of Heaven
Masjid Niujie
Waktu
menunjukan pukul 17.00 waktu bagian Beijing ketika kami beserta rombongan
keluar dari kuil Surga, selanjutnya kami menuju Masjid Niujie untuk
melaksanakan sholat jama takhir, dhuhur dan ashar. Di Beijing ini sebagian
besar penduduknya tidak
beragama, penduduk yang beragama islam hanya sebagian kecil saja populasinya
kurang lebih 200.000 jiwa, kalau dibandingkan dengan penduduk Beijing yang
berjumlah kurang lebih 25.000.000 jiwa jelas sangat-sangat sedikit. Fasilitas
ibadah seperti masjid pun jarang dijumpai, hanya ada kurang lebih 68 masjid
diseluruh kota Beijing yang memiliki luas wilayah kurang lebih 1.368,32 km2.
Masjid
Niujie adalah masjid paling tua dan bersejarah di Beijing, ibukota negara
Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Usia masjid ini diperkirakan lebih dari seribu
tahun. Memiliki area kompleks seluas kurang lebih 6.000 meter persegi, bangunan
Masjid Niujie merupakan masjid terbesar di antara 68 buah masjid yang ada di
Beijing. Masjid Niujie ini juga ditandai sebagai menjadi titik awal masuknya Islam di daratan
Cina. Arsitekturnya memperlihatkan campuran arsitektur khas Cina dan Islam. Dari
luar, arsitektur bangunan menunjukkan pengaruh Cina tradisional, yakni tipikal
bangunan istana Cina. Sedangkan di dalam memperlihatkan gaya arsitektur Islam.
Perpaduan
dua gaya arsiktektur ini tidak terlepas dari kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintahan Dinasti Liao. Kekaisaran Liao menerapkan aturan yang melarang
komunitas Muslim setempat mendirikan bangunan dengan gaya arsitektur selain
arsitektur tradisional Cina, dengan pengecualian bahwa penggunaan kaligrafi
Arab tetap diizinkan pada masa itu.
Masjid
ini dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Tonghe dari Dinasti Liao, tahun 996
Masehi, oleh dua orang berkebangsaan Arab. Menilik dari sejarah berdirinya,
masjid ini sudah melintasi enam zaman, dari masa kekuasaan Dinasti Liao,
Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming, Dinasti Qing hingga era Cina modern
saat ini. Sejak awal berdiri hingga kini, Masjid Niujie telah mengalami
beberapa kali renovasi dan perluasan. Di masa pemerintahan Dinasti Ming,
bangunan masjid mengalami perbaikan pada tahun 1442. Kemudian diperluas pada
tahun 1696, semasa Dinasti Qing berkuasa. Setelah RRT berdiri tahun 1949,
Masjid Niujie telah mengalami tiga kali renovasi, masing-masing di tahun 1955,
1979 dan 1996.
Sebagai
masjid tertua dan paling besar di Beijing, tak mengherankan jika masjid ini
menjadi pusat komunitas Muslim di kota tersebut yang jumlahnya mencapai 200
ribu jiwa. Masjid ini terletak di kawasan Niujie, Distrik Xuanwu, Beijing.
Niujie sendiri dikenal sebagai kawasan padat berpopulasi Muslim terbesar di
Beijing. Data terakhir menyebutkan terdapat sekitar 13 ribu warga Muslim yang
bermukim di kawasan ini.
Gerbang
masuk menuju ke dalam kompleks Masjid Niujie berhadapan dengan tembok besar
sepanjang kurang lebih 40 meter yang dihiasi marmer berwarna putih. Interior
bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab yang
tidak menampilkan figur manusia dan hewan. Menara pengamat bulan yang terletak di dalam komplek
berarsitektur heksagonal dan bertingkat dua. Menara ini
tingginya 10 meter, digunakan untuk mengetahui posisi bulan guna menentukan kalender Islam, contohnya
waktu berpuasa. Di sebelah menara
terdapat ruangan ibadah, aula utama daripada masjid yang memiliki luas 600 m².
Ruangan ini hanya terbuka bagi Muslim dan berkapasitas untuk 1000 , Ruangan ibadah menghadap kiblat dan halamannya berada di sebelah
timur.
Pada tahun 1215 Masjid Niujie ini dihancurkan oleh tentara Mongol,
kemudian dibangun kembali pada 1443 periode Dinasti Ming dan secara signifikan
diperluas pada 1696 pada zaman Dinasti Qing. Sejak zaman Dinasti Qing, pasar di
sekitarnya terkenal untuk perdagangan daging sapi dan daging kambing hingga
saat ini. Nama masjid yang sebenarnya adalah Lǐbàisì, yang diberikan oleh
Kaisar Chenghua pada tahun 1474, karena terletak di Jalan Sapi (Niu berarti
sapi dan Jie berarti jalan), masjid ini disebut Masjid Niujie. Sampai sekarang
di sekitar wilayah ini banyak warga yang menjual masakan halal, terutama yang menggunakan
bahan baku daging sapi, Karenanya tak mengherankan jika kawasan ini dipenuhi
oleh restoran-restoran Muslim.
Arsitektur
khas Dinasti Qing jelas terlihat pada desain ruangan ibadah, yang berupa aula
utama yang hanya terbuka bagi pengunjung Muslim. Langit-langit di depan aula
utama didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap sudutnya dilukis dengan
desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau dan biru. Pola dekorasi ini
serupa dengan pola yang digambar di aula utama di Istana Terlarang. Kaligrafi
ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga, serta hiasan kaca
berwarna menghiasi ruangan ibadah.
Ruangan
ini hanya dapat menampung seribu orang jamaah dan terdiri dari tiga buah
koridor yang lapang. Di bagian dalam ruangan ibadah ini terdapat 21 buah tiang
yang menyangga bagian dalam bangunan. Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan
nama Aula Tungku. Di bagian belakang ruangan terdapat paviliun berbentuk
heksagonal (segi enam) yang membuat aula ini tampak seperti tungku.
Di
luar bangunan utama, terdapat dua buah paviliun yang pada salah satunya terdapat
prasasti batu yang menuliskan tentang sejarah masjid. Prasasti batu tersebut
merekam pernyataan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing
setelah dilaksanakannya renovasi besar tahun 1696. Prasasti tersebut menuliskan
tentang tanggal pembangunan masjid serta tanggal renovasi dan penambahan
bangunan di setiap periode sejak Dinasti Liao (907-1125). Restorasi masjid
pada masa pemerintahan Kangxi akhirnya menjadikan bentuknya yang
dipengaruhi arsitektur Qing yang juga terlihat pada bangunan-bangunan utama
yang didesain pada masa itu.
Menara
adzan
(minaret) memiliki 2 tingkat dan terletak di tengah-tengah halaman. Pada
awalnya menara ini dibangun untuk menyimpan teks tulisan. Pada masa berikutnya
mulai digunakan sebagai menara adzan.
Saat waktu salat
tiba, muazzin akan naik ke
menara dan melakukan azan
untuk memanggil orang-orang untuk beribadah. Selain itu, komplek masjid juga
memiliki perpustakaan yang menyimpan teks Al Quran dan pernah dijadikan sebagai
tempat percetakan. Di sebelah selatan halaman masjid terdapat
tempat mengambil air wudhu
untuk pria dan wanita.
Orang
Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti agama yang murni.
Diperkirakan ajaran Islam mulai masuk dan berkembang di dataran Cina pada abad
ke-5 Masehi. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang pada waktu itu menugaskan
Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa misi dagang ke daratan Cina. Bahkan kemudian
Sa'ad menetap di Cina hingga beliau meninggal pada tahun 635 M, dan dimakamkan
di sana.
Di
bagian selatan komplek terdapat tanaman pohon cemara dan 2 buah makam bertuliskan aksara Arab milik 2 orang imam asal Persia yang berdakwah di sini, yakni
makam Ahmad Burdani (dengan angka tahun 1320) dan Ali (tahun 1283). Tulisan di
makam tersebut sangat penting dalam memaparkan tentang sejarah Islam di Tiongkok.
Eksterior dan Interior Masjid Niujie
Islam
di Tiongkok
Perkembanngan Islam di Tiongkok
dimulai ketika tiga Ṣaḥābā (sahabat nabi)—Sa'ad bin Abī Waqqās
(594–674), Ja'far bin Abi Thalib,
dan Jahsh berkhotbah pada tahun 616/617 di Tiongkok setelah sebelumnya datang
dari rute Chittagong-Kamrup-Manipur, setelah berlayar dari Abyssinia pada tahun
615/616. Sa'ad bin Abi Waqqas, paman nabi sendiri dari pihak ibu kembali menuju
ke Tiongkok untuk ketiga kalinya pada tahun 650-651 setelah Khalifah Utsman bin Affan, Khalifah ketiga, pada tahun 651, kurang dari dua
puluh tahun setelah kematian Nabi Muhammad SAW, memintanya untuk memimpin sebuah
delegasi ke Tiongkok, yang diterima dengan hangat oleh Kaisar Tiongkok. Kaisar Gaozong,
salah satu Kaisar dari Dinasti Tang yang menerima utusan tersebut kemudian
memerintahkan pembangunan masjid peringatan di Kanton, masjid pertama di negara tersebut, untuk
mengenang Nabi Muhammad SAW.
Sementara sejarawan modern cenderung berpendapat bahwa tidak ada
bukti bahwa Waqqās sendiri pernah datang ke Tiongkok, mereka meyakini bahwa
para diplomat dan saudagar Muslim tiba di Tang Tiongkok beberapa dekade dari
permulaan Abad Pertengahan
(Hijrah). Budaya kosmopolitan Dinasti Tang,
bersama kontak intensifnya dengan Asia Tengah dan komunitas penting para
pedagang Asia Tengah dan Asia Barat (awalnya non-Muslim) yang tinggal di
kota-kota di Tiongkok, yang membantu memperkenalkan Islam.
Sejarah mencatat, Islam masuk ke Cina pada masa Dinasti Tang
(618-905 M), yang dibawa oleh salah seorang panglima Muslim, Saad bin Abi
Waqqash RA, di masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Menurut Chen Yuen, dalam
karyanya, A Brief Study of the Introduction of Islam to China, masuknya Islam
ke Cina sekitar tahun 30 H atau sekitar 651 M. Ketika itu, Cina diperintah oleh
Kaisar Yong Hui (ada pula yang menyebut nama Yung Wei). Data masuknya Islam ke
Cina ini dipertegas lagi oleh Ibrahim Tien Ying Ma dalam bukunya, Muslims in
China (Perkembangan Islam di Tiongkok). Buku ini secara lengkap mengupas
sejarah perkembangan Islam di Cina sejak awal masuk hingga tahun 1980-an.
Sebelumnya, banyak hikayat yang berkembang mengenai masuknya Islam
ke Negeri Tirai Bambu ini. Namun, semua hikayat itu menceritakan adanya tokoh
utama di balik penyebaran agama Islam di Cina.
Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina
dibawa sahabat Rasulullah SAW yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethiopia). Para
sahabat Nabi hijrah ke Ethiopia untuk menghindari kemarahan dan
amuk massa kaum Quraisy jahiliyah. Mereka antara lain Ruqayyah, anak perempuan
Nabi; Utsman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqash dan sejumlah
sahabat lainnya.
Para sahabat yang hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan
dari Raja Atsmaha Negus di Kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan
tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba
di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581-618 M).
Sumber lain menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina
ketika Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethiopia
pada 616 M. Setelah sampai di Cina, Saad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian
kembali lagi ke Guangzhou membawa Kitab Suci Alquran.
Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina
pada 615 M--kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah
Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Saad bin Abi Waqqash untuk membawa
ajaran Islam ke daratan Cina. Konon, Menurut Ibrahim Tien Ying Ma dalam
bukunya,”Muslims in China”, Saad meninggal dunia di Cina pada 635 M. Kuburannya
dikenal sebagai Geys' Mazars.
Masjid Pertama
di Tiongkok
Utusan Khalifah Utsman itu diterima secara terbuka oleh Kaisar
Yong Hui dari Dinasti Tang. Kaisar Yong Hui menghargai ajaran Islam dan
menganggap ajaran Islam punya kesamaan dengan ajaran Konfusionisme. Untuk
menunjukkan kekagumannya terhadap Islam, kaisar mengizinkan berdirinya masjid
pertama di Chang-an (Kanton). Masjid itu bernama Masjid Huaisheng
atau Masjid Mercusuar atau Masjid
Memorial. Menurut versi Ibrahim Tien Ying Ma, masjid itu diberi nama
Kwang Tah Se, yang berarti menara Cemerlang, dan dibangun oleh Yusuf.
Sedangkan, masjid lainnya yang dibangun di sini adalah Chee Lin Se, yang
berarti masjid dengan tanduk satu. Kedua masjid itu masih tetap berdiri hingga
saat ini setelah 14 abad.
Masjid Huaisheng, adalah sebuah masjid utama di Guangzhou,
Berkali-kali dibangun dalam sejarahnya, masjid tersebut menurut tradisi awalnya
dibangun pada 1,300 tahun yang lalu, yang membuat masjid tersebut menjadi
salah satu masjid tertua di dunia. Masjid tersebut
dibangun untuk mengenang nabi Islam Muhammad. Manuskrip-manuskrip Muslim Tionghoa
pertama menyatakan bahwa masjid tersebut dibangun pada 627 Masehi oleh Sa`d
ibn Abi Waqqas yang merupakan paman Muhammad, dan datang pada
misi Muslim pertamanya ke China pada tahun 620an.
Meskipun
sarjana-sarjana sekuler modern tidak menemukan catatan sejarah apapun yang
mengatakan bahwa Sa`d ibn Abi Waqqas benar-benar pernah ke China, mereka
bersepakat bahwa kaum Muslim pertama kali datang ke China pada abad ke-7, dan
pada pusat-pusat perdagangan utama, seperti Guangzhou, Quanzhou, dan Yangzhou mungkin terdapat
masjid-masjid pertama mereka yang dibangun pada masa Dinasti Tang, meskipun tidak ada catatan
yang menyebutkan keberadaan yang sebenarnya dari masjid-masjid tersebut yang
ditemukan sejauh ini.
Masjid
tersebut dikatakan telah ada pada masa Dinasti Tang, atau pada tahun-tahun awal Dinasti Song.
Masjid tersebut dibangun kembali pada 1350 dan kemudian kembali dibangun pada
1695 setelah hancur dalam sebuah kebakaran. Mercusuar atau Minaret Huaisheng
telah dibangun pada masa sebelumnya.
Sudut-sudut Masjid Huaisheng atau Masjid Mercusuar
Sudut-sudut Masjid Huaisheng atau Masjid Mercusuar
Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan
dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar
dan dikenal masyarakat Tiongkok. Masa kejayaan Islam di Cina terjadi pada masa
Dinasti Ming (1368-1644 M). Dalam bahasa Cina, Ming berarti gilang-gemilang
(Arab: Munawwarah). Dinasti Ming berdiri setelah berhasil menaklukkan Dinasti
Yuan yang berkuasa sejak tahun 1279-1368 M. Pimpinan pemberontakan Dinasti Yuan
dipimpin oleh Jenderal Kok Tze Hin, seorang panglima Muslim. Kok Tze Hin
kemudian menyerahkan pimpinan pasukan revolusi kepada menantunya, Chu Yuan
Chang (Emperor Chu). Ia berhasil merebut Kota Nanking beserta wilayah selatan
Yang Tze King, dan bagian utara ibu kota Khanbalik, yakni Peking.
Pada dinasti Ming inilah, Islam berkembang sangat pesat di Cina.
Umat Muslim pun mendominasi kegiatan ekspor dan impor. Kantor direktur
pelayaran secara konstan dipegang oleh Muslim selama periode ini. Pada masa
Dinasti Ming, umat Islam secara penuh berintegrasi (berbaur) dengan masyarakat
Han. Sebagian di antara mereka mengadopsi nama Muslim. Termasuk, berbusana
Muslim dan cara makan ala Islam.
Pada awal permulaan dari Dinasti Ming (1368-1644 M), Islam telah
tumbuh di Cina selama 700 tahun. Sebelum masa ini, Muslim mempertahankan
perbedaan--sebagai pihak asing di mana menunjukkan budaya, bahasa, dan tradisi
yang berbeda dan tidak bisa terintegrasi secara penuh dengan masyarakat Han.
Namun di bawah Dinasti Ming, Muslim terintegrasi secara penuh pada masyarakat
Han. Di antaranya, perubahan nama yang mulai menggunakan nama Islam kendati
dalam bahasa Cina.
Kebanyakan Muslim yang menikahi perempuan Han mengikuti nama
istrinya. Lainnya, menggunakan nama marga Cina seperti Mo, Mai, dan Mu yang
diadposi para pemilik nama Muhammad, Mustafa, dan Masoud. Yang tidak bisa
menemukan nama yang mirip dengan nama aslinya menggunakan nama yang digabungkan
seperti Ha untuk Hasan, Hu untuk Husein, dan Sai untuk Said.
Begitu juga dengan nama Islam, orang Cina menyebutnya, Yisilan
Jiabao, yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah
sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW).
Chaoyang Theatre
Setelah selesai melaksanakan sholat di Masjid Niujie, kami menuju Chaoyang
Theatre untuk menyaksikan akrobatik show yang sangat terkenal di Beijing.
Berbagai pertunjukan akrobat dan ketangkasan selama sekitar satu jam sungguh
memukau. Tidak heran kalau atlit-atlit senam china mendominasi pentas olah raga
dunia, sepertinya mereka dari kecil sudah terlatih dengan senam dan akrobat.
Cukup menghibur, setelah lelah seharian berjalan menapaki beberapa lokasi
wisata di Beijing. kebanyakan pemainnya masih berusia muda,kira-kira dari usia
belasan tahun sampai usia dua puluhan, mereka berputar, melompat, meliuk,
berjungkir balik dan menekuk anggota badannya dengan sangat lentur. Disamping
beberapa tarian ada juga beberapa akrobat yang ditampilkan seperti beberapa
pengendara motor yang mengendarai sepeda motornya didalam rangka bola raksasa
dari besi atau baja, yang berputar2
secara bersamaan.
Berbagai pertunjukan yang ada di Chaoyang Theatre
Hari sudah cukup gelap ketika
kami selesai menyaksikan pertunjukan di Chaoyang
Theatre. Perut kami sudah memberikan
isyarat untuk saatnya menuju rumah makan yang menyajikan Peking Roasted Duck atau Beijing
Kaoya atau biasa di sebut Bebek Peking,
adalah makanan khas Beijing yang
wajib dicicipi. Beberapa orang menganggap makanan ini menjadi salah satu
resep paling lezat di dunia dan sebagian besar pengunjung ke ibukota China
Beijing (sebelumnya peking), belum lengkap berkunjung ke Beijing kalau belum
coba yang satu ini. Hati-hati dengan status halalnya, sebaiknya kita tidak asal
masuk rumah makan, tetapi memilih rumah makan yang jelas-jelas diperuntukan
untuk muslim. Secangkir teh china yang sangat nikmat menutup acara makan malam
saat itu.
Selesai makan malam, kami segera menuju hotel dimana kami menginap,
untuk melepas lelah setelah seharian berkeliling-keliling Kota Beijing.
Hari kedua di Beijing, tubuh kami sudah lebih fresh dan lebih bisa beradaptasi
dengan lebih baik dengan musim semi di Beijing, agenda hari ini kami akan
mengunjungi Jade Museum, Great Wall, Burning cream centre, Beijing National
Stadium atau Bird Nest Stadium.
Museum Giok Bona Jade / Jade Museum
Bagi masyarakat China, giok alias jade bukan sekedar perhiasan.
Giok adalah kepercayaan yang dipakai untuk mengharapkan kesehatan dan
keberuntungan yang berlimpah. Maka tidak heran, giok kerap ditemukan di
rumah-rumah atau dipakai sebagai perhiasaan baik itu berupa kalung, gelang,
cincin, gantungan atau hiasan. "Giok itu makin lama pemakaiannya, makin
mahal harganya. Giok yang baru justru tidak berharga. Pakai dulu baru bisa
dijual," kata salah satu staf di Museum Giok Bona Jade, di Changping,
Beijing. Di Museum giok Bona Jade yang merupakan milik pemerintah tersebut,
sekaligus menjadi salah satu pusat penjualan giok terbesar di China yang
menjual ribuan jenis giok.
Memasuki museum seluas 6.000 meter persegi itu, pengunjung langsung disambut beberapa hiasan giok berbentuk ikan mas besar atau Jin Yu, Biksu dan anak naga atau Pi Xi. Giok ikan mas tersebut, biasa diletakkan di bagian depan rumah karena dipercaya membawa hoki mendatangkan kekayaan. Giok berbentuk kepala anak naga atau Pi Xi menjadi simbol yang fungsinya tidak jauh beda dengan Jin Yu, yakni diyakini bisa mengumpulkan uang bagi penghuni rumah dan satu lagi, bisa mencegah rumah dari hantu. "Anak naga itu makannya emas dan perak tetapi tidak dikeluarkan. Selain buat pajangan di rumah, bentuk anak naga bisa juga dibuat untuk hiasan kalung atau gantungan kunci," staf museum tadi lebih lanjut. Ia menambahkan, Pi Xi harus diletakkan dengan posisi kepala menghadap pintu atau jendela atau arah depan rumah. "Semakin besar mulut dan bagian belakang anak naga, maka khasiatnya semakin bagus". Kedua model giok tersebut merupakan jenis giok lembut yang bisa dibentuk menjadi ukiran. Sedangkan jenis giok keras biasanya dibuat untuk perhiasan. Giok pun tidak melulu berwarna hijau karena ada 32 macam warna giok seperti merah, ungu, kuning, dan cokelat meskipun warna hijau memang dipercaya yang paling bagus. Selain itu, giok keras juga memiliki level kualitas yang berbeda. Staf museum tadi lalu mengangkat tangan kanan dan kirinya yang masing-masing memegang gelang dari batu giok. Kedua gelang itu sama-sama berwarna hijau. Lalu, mana gelang yang memiliki kualitas giok nomor satu? Ternyata, ada beberapa tips untuk mengenal giok yang memiliki kualitas paling bagus, antara lain diketahui dari nyaring suaranya. "Semakin nyaring, maka kualitasnya makin bagus," ujar staf tadi. Selain itu, giok yang terasa lebih dingin juga dijamin mengandung zat mineral yang lebih besar. Tips lainnya, dilihat dari warna yang semakin gelap, kilap dan tembus cahaya serta dari beratnya, jadi Giok bukan soal ukuran besar atau kecil, Kegemaran masyarakat China terhadap giok tidak lepas dari sejarah karena giok memang bagian dari kebudayaan China.
Memasuki museum seluas 6.000 meter persegi itu, pengunjung langsung disambut beberapa hiasan giok berbentuk ikan mas besar atau Jin Yu, Biksu dan anak naga atau Pi Xi. Giok ikan mas tersebut, biasa diletakkan di bagian depan rumah karena dipercaya membawa hoki mendatangkan kekayaan. Giok berbentuk kepala anak naga atau Pi Xi menjadi simbol yang fungsinya tidak jauh beda dengan Jin Yu, yakni diyakini bisa mengumpulkan uang bagi penghuni rumah dan satu lagi, bisa mencegah rumah dari hantu. "Anak naga itu makannya emas dan perak tetapi tidak dikeluarkan. Selain buat pajangan di rumah, bentuk anak naga bisa juga dibuat untuk hiasan kalung atau gantungan kunci," staf museum tadi lebih lanjut. Ia menambahkan, Pi Xi harus diletakkan dengan posisi kepala menghadap pintu atau jendela atau arah depan rumah. "Semakin besar mulut dan bagian belakang anak naga, maka khasiatnya semakin bagus". Kedua model giok tersebut merupakan jenis giok lembut yang bisa dibentuk menjadi ukiran. Sedangkan jenis giok keras biasanya dibuat untuk perhiasan. Giok pun tidak melulu berwarna hijau karena ada 32 macam warna giok seperti merah, ungu, kuning, dan cokelat meskipun warna hijau memang dipercaya yang paling bagus. Selain itu, giok keras juga memiliki level kualitas yang berbeda. Staf museum tadi lalu mengangkat tangan kanan dan kirinya yang masing-masing memegang gelang dari batu giok. Kedua gelang itu sama-sama berwarna hijau. Lalu, mana gelang yang memiliki kualitas giok nomor satu? Ternyata, ada beberapa tips untuk mengenal giok yang memiliki kualitas paling bagus, antara lain diketahui dari nyaring suaranya. "Semakin nyaring, maka kualitasnya makin bagus," ujar staf tadi. Selain itu, giok yang terasa lebih dingin juga dijamin mengandung zat mineral yang lebih besar. Tips lainnya, dilihat dari warna yang semakin gelap, kilap dan tembus cahaya serta dari beratnya, jadi Giok bukan soal ukuran besar atau kecil, Kegemaran masyarakat China terhadap giok tidak lepas dari sejarah karena giok memang bagian dari kebudayaan China.
Pada masa kuno, giok hanya bisa dimiliki orang-orang kaya saja. Sampai
sekarang, giok bahkan dinilai lebih berharga ketimbang emas, Orang Cina lebih
suka menyimpan giok daripada emas. Oleh sebab itu, harga giok pun tidak murah.
Di Bona Jade yang menyediakan giok dari berbagai macam provinsi seperti Yunan,
Xinjiang, Liaoning, bahkan Burma itu dijual dengan kisaran 100 yuan hingga 2
juta yuan (1 yuan sekitar Rp2.200). Setelah menyempatkan untuk membeli beberapa
perhiasan giok sebagai kenang-kenangan ,selanjutnya kami menuju bus yang
mengangkut kami untuk melanjutkan perjalanan kami. Sasaran selanjutnya adalah
kami menuju great wall atau tembok china.
Beberapa koleksi yang ada di Museum Giok
Great Wall / Tembok Raksasa
Berkunjung ke Beijing tidak
lengkap rasanya tanpa singgah di The Great Wall of China.
Bangunan yang dibangun selama tiga dinasti ini merupakan tembok raksasa buatan
manusia yang terpanjang di dunia, dan termasuk salah satu dari tujuh
keajaiban dunia. Panjang keseluruhan The Great Wall of China adalah
8.851 km. Namun dari tahun ke tahun tembok ini mengalami kerusakan, sebagian
besar diakibatkan oleh pembangunan infrastruktur yang serampangan, pencurian
artefak dan renovasi bagian-bagian tembok yang dilakukan sembarangan.
The Great Wall of China
terbagi ke dalam empat sektor yaitu, Simatai,
Bataling, Juyongguan, dan Mutianyu.
Saat ini kami berkesempatan untuk singgah di sektor Juyongguan. Local Guide
di sana mengatakan bahwa Juyongguan dan Bataling memang adalah sektor yang
paling ramai dikunjungi wisatawan, karena di sektor ini kita bisa mendapatkan
pemandangan yang paling bagus. Sementara di Simatai meski kita bisa mengunjungi
titik tertinggi dari bagian tembok China yaitu pos jaga Wangjinglou dengan
ketinggian 986 meter di atas permukaan laut, tapi jalanan menuju ke sana sangat
curam dan menantang, memakan waktu sampai 2,5 jam dari kota Beijing.
Tembok Besar Tiongkok atau Tembok Raksasa Tiongkok , juga dikenal di Tiongkok dengan nama Tembok
Sepanjang 10.000 Li ( Wànlĭ Chángchéng ) , Menurut catatan sejarah,
setelah tembok panjang dibangun oleh Dinasti Ming, barulah dikenal istilah
"changcheng" (长城,
"tembok besar" atau "tembok panjang"). Sebelumnya istilah
tersebut tidak ditemukan. Istilah Tembok Besar Tiongkok dalam Bahasa Mandarin
adalah "wanli changcheng", bermakna "tembok yang panjangnya 10
ribu li". Pada masa sekarang istilah ini resmi digunakan.
Tembok
Besar Tiongkok tidak panjang terus menerus, tetapi merupakan kumpulan
tembok-tembok pendek yang mengikuti bentuk pegunungan Tiongkok utara. Pada
tanggal 18 April 2009, setelah investigasi secara akurat oleh pemerintah
Republik Rakyat Tiongkok, diumumkan bahwa tembok raksasa yang dikonstruksikan
pada periode Dinasti Ming panjangnya adalah
8.851 km.
Pada
tahun 2009, Badan Survei dan Pemetaan dan Badan Administrasi Warisan Budaya
Republik Rakyat Tiongkok melakukan penelitian untuk menghitung ulang panjang
Tembok Besar Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tembok Besar Tiongkok
lebih panjang daripada rentang yang saat ini diketahui. Menurut pengukuran,
panjang keseluruhan tembok mencapai 8.851 km. Proyek tersebut juga telah
menemukan bagian-bagian tembok lain yang panjangnya 359 km, parit
sepanjang 2232 km, serta pembatas alami seperti perbukitan dan sungai
sepanjang 2232 km. Rentang rata-rata Tembok Besar Tiongkok adalah
5000 km, umumnya dikutip dari berbagai catatan sejarah.
Berdasarkan
bukti tertulis yang bisa diterima umum, pada dasarnya Tembok Besar Tiongkok
dikonstruksikan mayoritas pada periode Dinasti Qin, Dinasti Han dan Dinasti Ming. Namun, sebagian besar rupa
tembok raksasa yang berdiri pada saat ini merupakan hasil dari periode Ming.
Tembok Besar Tiongkok dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia
Pada tahun 1987,
bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan
Dunia UNESCO.
Sudut-Sudut
Tembok Raksasa
Tembok Raksasa pada periode
Dinasti Qin
Sebelum
periode Dinasti Qin, pembangunan tembok raksasa paling awal dilakukan pada Zaman Musim Semi
dan Gugur (722 SM-481 SM) dan Zaman Negara Perang
(453 SM- 221 SM) untuk menahan serangan musuh dan suku-suku dari utara
Tiongkok. Negeri-negeri yang tercatat berkontribusi dalam konstruksi pertama
antara lain negeri Chu, Qi, Yan, Wei dan Zhao. Dalam periode-periode
berikutnya, tembok raksasa bertambah panjang, diperbaiki dan dimodifikasi.
Pada
tahun 220 SM di bawah perintah Kaisar Qin Shi Huang, Jendral Meng Tian
mengumpulkan tenaga kerja sebanyak 300 ribu orang untuk menyambungkan
tembok-tembok sebelumnya sebagai garis pertahanan. Pembangunan yang memakan
waktu 9 tahun memerlukan biaya mahal dan mengorbankan rakyat jelata. Tenaga
kerja yang jadi korban mencapai jutaan jiwa sehingga negara menjadi lemah.
Kebencian rakyat pada kerja paksa tersebut memicu kemarahan petani yang
berontak menggulingkan Dinasti Qin. Setelah itu, pembangunan tembok raksasa
tidak dilanjutkan.
Tembok Raksasa pada periode Dinasti Han
Tahun
127 SM, saat Kaisar Han Wudi berkuasa
(140 SM-87 SM), proyek renovasi dan pembangunan bagian-bagian tembok lama
dilaksanakan selama 20 tahun menambah panjang tembok secara keseluruhan menjadi
1000 km. Pada periode pertama Han, tembok raksasa berfungsi sebagai pelindung
kawasan barat dari Bangsa Hun yang mengancam rakyat
Tiongkok. Setelah pengaruh Hun melemah, pembangunan tembok tidak dilanjutkan.
Mulai tahun 39 M, atas perintah Guang
Wudi, jendral Ma Cheng
memulai kembali proyek pembangunan tembok besar. Pada saat itu, bangsa Hun
terpecah menjadi 2 bagian, utara dan selatan. Bangsa Hun utara berhasil
ditundukkan oleh Han sementara bagian selatan berdamai. Setelah itu,
pembangunan tembok raksasa ditinggalkan karena Tiongkok sudah mempunyai
kekuatan militer yang besar.
Tembok Raksasa pada periode Dinasti Ming
Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), setelah menaklukkan bangsa Mongol,
tembok raksasa dari periode sebelumnya dikonstruksikan kembali, dengan catatan
panjang 5.650 km. Pada masa ini, Tembok Besar Tiongkok dibagi ke dalam 9
distrik militer yang dilengkapi benteng-benteng pertahanan dan pintu gerbang
untuk mengawasi daerah perbatasan. Di atasnya dibuat jalan sebagai jalur
transportasi. Pintu gerbang paling timur dinamakan Shanhaiguan
dan pintu gerbang paling barat dinamakan Jiayuguan.
Menara Suar Pada Tembok Raksasa
Menara
suar atau fenghuotai digunakan untuk menyampaikan pesan militer dengan cara membuat sinyal asap pada siang hari dan api pada malam hari untuk memberitahukan
adanya gerak-gerik musuh. Merupakan salah satu bagian tembok besar terpenting, struktur
ini dibuat di tiap bagian tembok raksasa dengan material local. Di daerah pegunungan,
tersusun dari batu bata, di padang rumput atau gurun
terbuat dari tanah liat. Bentuk bisa bulat, lonjong dan persegi. Terdapat 3 jenis
menara suar, yakni tipe yang dibangun di atas tembok, dalam tembok atau
dibangun terpisah untuk mengintai musuh.
Menara
suar di tembok Mutianyu
Pintu
Gerbang (Celah) Pada Tembok Raksasa
Struktur
pintu gerbang berfungsi sebagai benteng pada posisi-posisi penting,
Tersusun dari:
- Chengqiang atau tembok pertahanan, dengan tinggi maksimal 10 meter. Bagian luar terbuat dari batu bata besar atau batu granit. Bagian dalam terbuat dari tanah kuning atau campuran batu-batu kerikil. Di atas tembok dapat dilalui penunggang kuda. Di sisi tembok terdapat tembok pelindung berbentuk persegi sebagai tempat untuk mengawasi dan berlindung.
- Chenglou atau menara gerbang: pintu untuk keluar masuk perbatasan, sebagai tempat keluarnya pasukan saat menyerang musuh. Gerbang dinamakan sesuai dengan nama celah.
- Wangcheng: tembok kecil di luar tembok besar yang berfungsi sebagai pelindung pintu gerbang.
- Luocheng: tembok kedua untuk melindungi wengcheng
- Parit dan saluran air dalam untuk memperlambat gerakan musuh, memberi kesempatan untuk menyerang dengan cepat.
Gerbang Shanhaiguan Gerbang Joyungguan
Tembok
Tembok
merupakan badan utama arsitektur tembok raksasa. Fungsinya menghubungkan menara
suar, menara pengintai dan pintu gerbang menjadi sebuah garis pertahanan.
Ketinggiannya tergantung pada bentuk dataran. Pada daerah-daerah strategis dibuat lebih
tinggi. Pada saat melintasi gunung atau daerah dengan bentuk tidak
rata dibuat serendah mungkin untuk menghemat bahan dan tenaga. Rata-rata tinggi
tembok 23-26 kaki.
Bagian-bagian
penting di tembok:
- nuqiang (女牆), tembok pelindung di sisi atas struktur tembok. Dibangun untuk melindungi tentara dan kuda di atas tembok. Jika tembok raksasa melintasi sisi gunung curam, hanya dibangun satu buah nuqiang untuk menghemat bahan.
- duokou (垛口) tembok bercelah untuk mengintai. Doukou ini masih dilapisi oleh lapisan tembok lagi sebagai pelindung. jalur kuda:jalan setapak di sebelah menara pengintai yang bisa dilewati penunggang kuda untuk mencapai bagian atas tembok
- quanmen: pintu melengkung di bagian dalam tembok sebagai jalan masuk ke atas tembok.
Tembok Badaling Tembok
Jiayuguan
Tembok antara Simatai
dan Jinshanling
Material Tembok Raksasa
Material yang digunakan untuk membuat tembok
raksasa beda-beda sesuai periode dinasti.
Sebelum batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari tanah,
batu dan kayu.
Karena pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para pekerja
memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya. Saat melewati gunung, batu gunung akan digunakan. Pada saat
membangun di tanah datar, tembok dibuat dari tanah yang digemburkan dan jika
melewati padang gurun, bahan yang digunakan adalah rerumputan
campur pasir dan ranting-ranting pohon konifer. Tembok dari bahan ini rapuh,
mudah ditembus dan cepat hancur.
Pada masa Dinasti Qin, teknologi
belum maju, sehingga material yang digunakan adalah tanah atau tanah campur
kerikil. Pada masa itu struktur benteng belum didirikan. Beberapa bagian tembok
hanya terdiri dari gundukan batu-batu besar.
Pada masa Dinasti Han, bahan
tanah dan batu seperti masa sebelumnya masih umum digunakan.
Pada masa Dinasti Tang, batu
bata sudah diproduksi. Namun, karena mahal, hanya terbatas pada gerbang kota
dan tembok yang dekat.
Baru pada zaman Dinasti Ming, teknologi pembangunan tembok sudah
lebih maju. Namun, baru pada pertengahan periode dinasti tersebut batu bata
berkualitas diproduksi. Batu bata lebih baik daripada tanah atau batu kerikil karena lebih ringan, tahan beban dan
lebih efektif dalam waktu yang cepat. Batu masih dipakai, terutama untuk
fondasi, pinggiran luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih kuat daripada batu
bata. Adukan batu kapur dengan beras
ketan efektif sebagai semen
yang dapat merekatkan batu bata.
Bird Nest Stadium
Beijing National Stadium atau yang lebih dikenal dengan nama Bird Nest Stadium adalah salah satu ikon
Olimpiade 2008. Kemegahan dan kerumitan arsitekturnya menjadi keunikan tersendiri
yang membuat stadion ini sangat khas dibanding stadion-stadion lain didunia.
Stadion yang lebih dikenal sebagai 'sarang burung' terbesar di dunia
ini , memiliki luas 333 x 294 meter
persegi ini memang terlihat menawan saat bus yang membawa kami dan rombongan
memasuki area Olympic Green, yang menjadi pusat penyelenggaraan Olimpiade
Beijing pada 2008 lalu. Desain luarnya memang sungguh tak biasa, tampak tak
beraturan, namun sangat menawan. Kulit
luar stadion berkapasitas 80 ribu penonton ini didesain mirip seperti sarang
burung. Desain ini diambil dari salah satu bagian ilmu keramik Tiongkok.
Seorang seniman ternama Tiongkok, Ai Weiwei, menjadi konsultan untuk desain
stadion.
Bagian yang mirip sarang burung itu dibuat dari material baja. Selain sisi
artistik, bagian itu memiliki fungsi melindungi bagian atap stadion yang bisa
dibuka tutup.
Masuk ke bagian dalam stadion,
pengunjung akan dibuat terpikat desain langit-langit ruangan yang ada di
stadion itu. Sama seperti bagian luar, desain langit-langitnya pun tak dibuat
sederhana, lagi-lagi ketidaberaturan yang menawan.
Bagian stadion yang dimasuki
dari pintu barat disebut Gold Hall. Hal ini dikarenakan dinding yang berada
disisi jalan sesaat akan menuju eskalator itu berwarna emas. Membuat pengunjung
merasa sedang memasuki bangunan yang benar-benar mewah. Sesampainya di ujung
elevator, terdapat ruang tunggu dan pertemuan VIP. Terdapat lukisan berbagai
olahraga tradisional China di dinding ruang tunggu. Ada juga ornamen berbentuk
burung di bagian pintu dan dinding yang makin menegaskan bahwa tempat itu layak
dijuluki sarang burung. Stadion yang pembangunannya menghabiskan dana US$ 428
juta ini memang jelas terlihat kemegahannya.
Bird Nest Stadium saat malam hari
Bird Nest Stadium saat sore hari
Water Cube - Beijing National Aquatics Center
Selain daripada Bird Nest, bangunan
menarik yang terletak di hadapan Stadium sarang burung ini adalah Water Cube.
Water Cube adalah bangunan kotak berwarna biru dengan pola gelembung air
irregular dengan luas lantai 70 ribu meter persegi , kapasitas lima kolam dan
17 ribu penonton yang menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan berenang ,
loncat indah , renang indah , diving dan polo air pada even Olimpiade Beijing
2008 yang silam
Frame kotak pada
Water Cube disusun oleh pipa baja yang terhubung dalam 12 ribu titik beban,
dibungkus dengan lapisan membran seluas 100 ribu meter persegi membentuk keindahan
bangunan dan efisiensi energi. Sang arsitek mengklaim bahwa panel
permukaan akan menghemat energi sebesar 30% untuk penyediaan cahaya dan
dan menjaga temperatur tetap terjaga.
Temperatur untuk
kolam renang pertandingan dikontrol dengan menggunakan energi matahari dan air
yang mengisi kolam melalui prosedur penyaringan ganda. Struktur geometri
pada permukaan bangunan berbentuk gelembung air yang melambangkan kebahagiaan
dan ketenangan. Gelembung-gelembung terhubung satu sama lain membentuk kluster
sirkular yang melambangkan langit . Bentuk kotak secara keseluruhan
melambangkan bumi. Pasangan "Water Cube" yang berbentuk kotak dan
"Bird Nest" yang sirkular juga melambangkan kosmologi dalam budaya
Tionghua.
Water Cube saat malam hari
Udara musim semi dipagi hari
terasa sangat dingin ketika kami bangun dari tidur di hari ketiga kami
dibeijing. Agenda hari ini kami akan mengunjungi beberapa tempat wisata lain
yang ada di Beijing, seperti : summer palace, Beijing zoo/panda
palace,wangfujing shopping street, xiu shui market.
The Summer Palace
The Summer Palace atau Yihe Yuan atau
dalam Bahasa Indonesia
menjadi Istana Musim Panas
adalah istana yang
terletak di Barat Laut Distrik Haidian, Beijing, berjarak sekitar 15 km (9,3
mil ) dari pusat kota Beijing. Summer Palace meupakan taman terindah di
Tiongkok yang terkenal akan pemandangan alamnya dan sejarah budayanya sehingga The
Summer Palace dijuluki sebagai “The
Museum of Royal Garden”.
The
Summer Palace mulai dibangun pada tahun 1750 pada
zaman Dinasti Jin, dan digunakan sebagai area
hiburan serta taman kerajaan yang mewah untuk para anggota keluarga kerajaan. Pada awal pembuatan mempunyai nama Taman Qingyi. Namun
pada masa – masa akhir pemerintahan Dinasti Qing, taman ini berubah kegunaanya
menjadi tempat permukiman para keluarga raja. Menurut catatan sejarah, The
Summer Palace ini juga merupakan tempat peristirahatan terakhir Ibu Suri Cixi.
The
Summer Palace memiliki luas sekitar 300 hektar, yang mencakup lebih dari 3.000
bangunan. Area bangunan lebih dari 70.000 meter persegi, termasuk pavilliun,
menara, jembatan, dan koridor. Bangunan ini merupakan gabungan dari
gedung-gedung yang disatukan secara serasi, merefleksikan hubungan harmonis
antara manusia dan alam sekitarnya. Tiga perempat bagian dari Summer Palace
adalah air yang terbentuk sebagai Danau Kunming.
Front-Hill Area
Front-Hill
Area merupakan wilayah dari kompleks Summer Palace yang mempunyai bangunan
terbanyak, dimana bangunan-bangunan di tempat ini didesain secara simetris
antara bagian barat dengan bagian timur dilengkapi dengan taman yang indah
dengan pusatnya adalah Tower of Buddhist Incese. Tower ini mempunyai desain ala
China klasik dengan bentuk oktagonal. Bangunan dengan desain yang cukup megah
dengan ketinggian 41 meter menjadi proyek pembangunan yang terbesar pada masa
itu,dan menghabiskan dana sebesar 780 ribu tael perak.
Air danau Kunming membeku pada saat musim dingin
Lake Area
Wilayah
ini mencakup area yang luas dengan total jembatan yang ada sekitar 30 jembatan
di kompleks istana ini. Di sini terdapat Seventeen-Arch Bridge yang merupakan
jembatan terbesar di Summer Palace dengan panjang 150 meter dan lebar 8 meter. Jembatan
ini menghubungkan antara Danau Kunming bagian barat dengan Pulau Nanhu yang ada
di sebelah timur.
Jembatan
yang ada di Danau Kunming
Taman
yang indah ini pernah hancur pada saat serangan Pasukan Sekutu Anglo-Perancis
kemudian dikembalikan ke fondasi awal pada tahun 1886
setelah sebagian besar hancur karena perang pada tahun 1860. Namanya kemudian diubah menjadi Yuan Ming Yuan dan terakhir menjadi Yihe Yuan
oleh Ibusuri Cixi pada tahun 1881. Perubahan terakhir
disertai renovasi besar-besaran. Setelah renovasi itu, Ibusuri Cixi
kemudian tinggal disana.
Menurut
catatan sejarah, nama The Summer Palace ini bukanlah nama sebenarnya, nama
aslinya ialah Qingyi Garden yang menggabungkan
kekayaan dan keindahan alam seperti bukit dan perairan dengan bangunan buatan
manusia seperti paviliun,balai,
kuil, istana dan jembatan. Nama tersebut diganti setelah
rekonstruksi pertama pada tahun 1888. Pada tahun 1924, taman ini dibuka secara
umum, dan pada tahun 1998 Summer Palace ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs
warisan dunia dan mendapatkan peringkat sebagai tempat wisata terbaik di
Tiongkok.
Sudut-Sudut Summer Palace
Beijing Zoo/Panda House
Tak
lengkap rasanya kalau ke Beijing tidak menengok hewah khas dari Cina yang
berwarna hitam dan putih. Apalagi kalau bukan panda. Hewan yang satu ini
merupakan hewan yang hidup di daerah pegunungan di Cina. Makanan hewan ini
adalah rebung atau pohon bambu yang masih muda. Anda dapat menemukan hewan ini
di Panda House yang ada didalam Kebun Binatang Beijing (Beijing Zoo). Kebun
binatang ini terletak di Distrik Xicheng, tidak jauh dari Istana Terlarang.
Kebun binatang ini berdiri di atas tanah seluas 200 hektar. Beijing Zoo,
seperti kebun binatang pada umumnya, memilki koleksi binatang yang variatif.
Tapi yang jadi primadona adalah Panda House, tempat binatang khas China berada.
Jika ingin melihat panda beraktivitas harus datang pagi hari saat mereka makan
karena setelah makan mereka lebih banyak tidur.
Panda di Kebun Binatang Beijing
Wangfujing Shopping Street
Pada sore
harinya kami menyempatkan jalan-jalan ke kawasan perbelanjaan ‘ Wangfujing Shopping Street ‘, Letaknya di tengah kota, berdekatan dengan
Forbidden City dan Tiananmen Square sekitar 2,5 km. Dikawasan
perbelanjaan yang cukup ramai ini kita bisa memperoleh banyak barang-barang
souvenir atau sekedar untuk kenang-kenangan, kita harus berani untuk melakukan
tawar menawar, karena harga yang ditawarkan penjual biasanya belum pasti, dan
kalau kita beruntung kita bisa menawar sampai setengahnya atau bahkan lebih
dari itu.
Belanja
memang melekat dengan Wangfujing, Selama berabad-abad, Jalan Wangfujing yang sebenarnya
adalah jalanan sepanjang kurang lebih 1,5 kilometer yang cukup lebar, menyuguhkan
berbagai aktivitas perniagaan di Beijing. Saat ini, tempat ini sangat populer
di kalangan pembelanja dan wisatawan yang berduyun-duyun datang untuk mencari
pakaian murah dan unik. Salah satu jalanan di Beijing ini boleh dibilang adalah
tempat belanja favorit, gak hanya untuk turis asing dan domestik, tapi juga
warga Beijing sendiri. Ada banyak bangku, bar, restoran, dan kafe di jalan raya
komersial yang sibuk ini, semuanya menawarkan banyak pilihan beristirahat. Umumnya
para pengunjung akan berjalan-jalan menyusuri jalanan tersebut. Di
kiri-kanannya, ada deretan toko mulai dari yang menjual pakaian, pernak-pernik,
barang elektronik, tekstil, mainan sampai makanan dan minuman. Dari mulai toko
modern bermerk sampai toko kelontong tradisional lengkap ada di sini.
Wangfujing lebih ramai lagi mulai sore hingga tengah malam, Gemerlapnya lampu
dan banyaknya lalu lalang orang melintasi jalan ini di malam hari, bikin
pemandangan di kawasan ini meriah. Asyiknya, kita bisa jalan santai di
Wangfujing. Gak khawatir ditabrak kendaraan. Soalnya kawasan ini memang sengaja
tertutup buat kendaraan bermotor.
Jalan
Wangfujing
Penulis :
Nama : Abu Raihan alias Yoyon
Indrayana
Tempat tanggal lahir : Malang, 22 juli 1966
Alamat :
Perumahan Graha pitaloka C-11, Jl. Sekar Kemuning
RT.002/RW.013, Kel.Karyamulya,
Kec.Kesambi,Kota Cirebon
Npmpr HP :
0812 8402 4994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar