Sabtu, 09 Mei 2009

MASJID RAYA AT-TAQWA SEBAGAI “LANDMARK” KOTA WALI

MASJID RAYA AT-TAQWA SEBAGAI "LANDMARK" KOTA WALI

Oleh : Ir. Yoyon Indrayana, MT.

Sejarah kota cirebon mencatat bahwa sejak lama kota ini mendapat sebutan sebagai Kota Wali. Kenyataan itu tidak terbantahkan, karena awal berdirinya kota cirebon juga dirintis oleh Sunan Gunung Djati yang merupakan salah satu tokoh dari Wali Songo yang menyebarkan agama islam di pulau jawa. Sehingga pantaslah kalau pada awal-awal berdirinya kota cirebon dikenal sebagai kota wali yang kehidupan masyarakatnya sangat religius. 

Sebenarnya saat ini dikota cirebon ada dua masjid besar yang cukup dapat merepresentatifkan akan kehidupan religius masyarakat kota cirebon, yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Raya At-Taqwa. Tapi dalam perkembangannya saat ini aktifitas perdagangan dan jasa di kota ini sangat mendominasi dinamika kota, sehingga secara perlahan namun pasti citra ( image ) kota cirebon sebagai kota wali yang religius mulai tergeser , tergantikan oleh kota cirebon sebagai kota perdagangan dan jasa. Bahkan mungkin sebagian dari masyarakat cirebon sudah lupa dengan pesan Sunan Gunung Djati ; ingsun titip tajug lan fakir miskin, atau mungkin masih ingat tetapi tidak tahu bagaimana mengimplementasikan amanat itu dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai salah satu upaya mengimbangi aktifitas perdagangan dan jasa yang hingar bingar dan mengembalikan citra cirebon sebagai kota yang religius, saat ini sedang dilakukan renovasi total terhadap masjid raya at-taqwa. Renovasi yang dilakukan terhadap masjid raya at-taqwa bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada para jemaah yang melakukan ibadah serta juga untuk membangun citra ( image ) akan keberadaan sarana ibadah dalam hal ini masjid raya at-taqwa sebagai ’ landmark ’ kota wali. Sehingga kedepan masyarakat dan juga para pendatang akan mengenal kota cirebon identik dengan masjid raya at-taqwa. Insyaalllah.  
Bangunan Utama Masjid

Sebelum dilakukan renovasi, luas masjid raya at-taqwa kurang lebih 1.000 m2, tidak bertingkat dan hanya dapat menampung kurang lebih 2.000 jemaah. Saat ini masjid dibuat 2 (dua) lantai dengan luas lantai dasar 1.749 m2 dan luas lantai atasnya 926 m2, jadi luas total adalah 2.675 m2 , diharapkan akan dapat menampung kurang lebih 5.500 jemaah. Bentuk utama masjid adalah mencirikan bangunan tropis, dengan atap jurai serta dilengkapi 4 (empat) menaret pada tiap sudutnya. Menaret (menara kecil) yang ada merupakan penambahan untuk lebih menegaskan masjid raya at-taqwa sebagai bangunan sarana ibadah umat muslim. Menaret ini memiliki ketinggian kurang lebih 25(dua puluh lima)m dari muka tanah dan seluruh dindingnya dilapisi bahan granit yang berasal dari Brazil, sementara kubah diatasnya terbuat dari bahan tembaga.
Pada pintu masuk bangunan utama masjid para pengunjung akan melewati semacam gerbang ( Gate ) yang dilapisi bahan granit dan kaligrafi yang bertuliskan dua kalimat syahadat yang terbuat dari bahan GRC (Glass Reinforced Cement). Gate ini akan mendominasi tampak muka ( Fasade ) masjid, sehingga akan merupakan bagian yang diharapkan akan menjadi titik yang menarik dari tampak bangunan ( Point of Interest ). Seluruh lantai dan dinding masjid menggunakan bahan granit yang berasal dari Brazil, sementara pada beberapa kolom / tiang masjid menggunakan bahan granit yang berasal dari Brazil dan juga India. Penggunaan bahan granit pada lantai dan dinding dimaksudkan untuk mendapatkan kesan ’ adem ’ dan teduh, agar para jemaah khusyu’ dalam ibadahnya. Pada bagian dinding tidak dilengkapi jendela dengan kaca-kaca, tetapi menggunakan teralis besi dilengkapi elemen estetika yang terbuat dari kuningan dengan pola arsitektur islam, hal ini dimaksudkan agar ruang dalam masjid tidak panas, karena udara dapat mengalir dengan baik ( cross ventilation ). Plafond terbuat dari bahan triplek dan gypsum yang di disain dengan ciri ornamen arsitektur islam dan dilengkapi dengan lampu crystal dari swedia sebagai elemen interior. Pada bagian pintu dalam bagunan utama masjid dan Mihrab diselesaikan dengan ukiran kaligrafi yang bertuliskan ayat-ayat Al Quran pada kayu jati yang dipesan khusus dari pengrajin ukiran kayu di Jepara. Sementara untuk lantai dasar dan lantai atas masjid dihubungkan dengan 3 (tiga) buah tangga yang dibuat melingkar dan cukup lapang , agar para jemaah atau pengunjung tidak terlalu merasa lelah untuk menaikinya. 

Menara utama  

Dengan ketinggian yang direncanakan setinggi 66 (enam puluh satu) m dari muka tanah, menara utama masjid raya at-taqwa adalah bangunan tertinggi di kota cirebon. Ketinggian menara yang setara dengan bangunan 15 (lima belas) lantai itu diharapkan akan menimbulkan kesan monumental pada bangunan masjid, yang pada akhirnya akan dapat menjadi Landmark bagi kota dan meningkatkan citra atau imej kota cirebon. Kevin Lynch dalam bukunya ”The Image of The City ” menjelaskan bahwa ada 5(lima) elemen visual utama yang dapat meningkatkan citra atau imej kota; landmark ( tengaran ), nodes ( pemusatan ), paths ( jejalur ),edges (tepian ) dan district (kawasan ).
Pondasi yang digunakan untuk menara ini adalah tiang pancang dengan kedalaman 16 (enam belas) m , sesuai dengan kedalaman tanah keras yang ada dilokasi dan sudah memperhitungkan terhadap gempa yang mungkin terjadi. Sementara struktur utamanya menggunakan beton bertulang dengan dimensi yang sudah direncanakan dengan seaman mungkin. seluruh dinding dan lantai menara menggunakan bahan granit yang berasal dari Brazil, India dan Yunani. Pada beberapa bagian dindingnya dibuat beberapa ornamen arsitektur islam sebagai elemen exterior bangunan dengan menggunakan bahan dari besi/ teralis dan GRC ( Glass Reinforced Cement ). 
Pada lantai dasar sampai dengan lantai 4 (empat), ruangan menara direncanakan sebagai ruang untuk menampilkan gambar/ foto masjid-masjid utama atau bersejarah yang ada di Indonesia, bahkan kalau memungkinkan masjid-masjid di dunia. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menambah sedikit wawasan para pengunjung akan perkembangan islam diberbagai tempat. Sedangkan pada lantai 5 (lima) direncanakan sebagai radio yang bernuansa islami untuk lebih menegaskan peran masjid dalam melakukan syiar islam.
Pada puncak menara juga akan dipasang kubah tembaga seperti halnya yang terpasang pada menaret.

Lansekap Masjid Raya At-Taqwa juga akan dilakukan penataan ulang agar lebih dapat mendukung aktifitas ibadah para jemaah. Pada halaman masjid akan dibuat plaza/ ruang terbuka yang didisain menyesuaikan dengan masjid, sehingga pada saat tertentu dapat digunakan sebagai tempat sholat pada saat ruang dalam masjid tidak dapat menampung jemaah. Pada beberapa sudut kawasan akan dilengkapi dengan lampu-lampu taman untuk menambah keindahan masjid dan ditanam beberapa pohon kurma untuk menambah sedikit sentuhan timur tengah yang identik dengan dunia islam.

Sampai saat ini peran pemerintah propinsi jawa barat, pemerintah kota, para anggota DPRD dan juga masyarakat kota cirebon sudah cukup baik dengan banyaknya perhatian yang diberikan sehingga pembangunan masih tetap berjalan dengan baik.

Pada akhirnya Renovasi Masjid Raya At-Taqwa ini menjadi tanggung jawab kita bersama, khususnya umat islam kota cirebon. Sehingga nantinya diharapkan masjid ini akan dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat/ warga kota cirebon dan dapat meningkatkan citra (image) kota cirebon sebagai Kota Wali yang religius. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar