Kajian Peranan Transportasi Umum ‘TRANS CIREBON’ Dalam
Pengembangan
Wilayah Perkotaan
Oleh. Yoyon Indrayana
A.
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan salah satu indikator dalam
interaksi keruangan antar wilayah dan sangat
penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Dalam
bidang transportasi darat, pembangunan prasarana jalan dan jembatan telah
meningkatkan jasa pelayanan produksi dan distribusi yang penting dan banyak
berperan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan mendorong terciptanya pemerataan pembangunan wilayah dan stabilitas
nasional, serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan
sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat nadi kehidupan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Sistem jaringan transportasi
dapat dilihat dari segi efektivitas, dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi,
terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat
waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi serta dari segi
efisiensi dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu
kesatuan jaringan sistem transportasi.
Cirebon sebagai salah satu kota yang berkembang cukup pesat saat ini,
juga tidak lepas dari masalah transportasi. Berkembangnya wilayah perkotaan kedaerah
perbatasan membutuhkan sarana prasarana transportasi yang memadai. Sarana
transportasi yang ada saat ini , angkutan kota, tidak mampu melayani kawasan
perumahan yang berkembang dengan pesat ke wilayah perbatasan. Bahkan sarana
angkutan kota saat ini memiliki kecenderungan semakin berkurang armadanya dan
ditinggal masyarakat penggunanya, saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan
angkutan umum online yang lebih mudah, praktis dan murah. Berkembangnya
angkutan umum online ini ternyata kurang berpengaruh pada perkembangan wilayah.
Hal ini bisa dipahami karena sarana angkutan umum ini tidak memiliki jalur atau
rute yang jelas, oleh karena itu penggunaan sarana angkuta umum seperti ‘Trans
Cirebon’ dirasa sudah sangat diperlukan untuk tidak saja melayani kebutuhan
transportasi masyarakat tetapi juga sebagai sarana untuk
dapat mengembangkan wilayah perkotaan. Ditambah saat ini kawasan permukiman semakin banyak berkembang ke arah
pinggiran/ perbatasan kota, yang tentu saja pada akhirnya memerlukan layanan
transportasi umum yang memadai.
B.
PEMBAHASAN
1. Transportasi dan Perkembangan Wilayah
Kemajuan transportasi
akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi
dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas yang
dilakukan maka semakin cepat gerakan distribusi serta lebih singkat waktu yang
diperlukan dalam mengolah bahan dan memindahkan nya dari tempat dimana bahan
tersebut yang semula kurang bermanfaat ke lokasi dimana manfaatnya lebih besar.
Peningkatan produktivitas, karena transportasi ini merupakan motor utama
penggerak kemajuan ekonomi. Ekonomi yang berkembang akan ditunjukkan oleh
adanya mobilitas yang tinggi, dengan ditunjang transportasi yang memadai dan
lancar. Seperti hal nya negara-negara maju, mereka memiliki transportasi yang
mendukung dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan. Dengan transportasi yang
baik, akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia
luar. Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus
ditangani.Transportasi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan produsen
dengan konsumen. Kajian transportasi dan perkembangan wilayah memiliki dimensi
persoalan dengan rentang yang luas dan kompleks. Oleh karena itu untuk dapat memahami
pola kerja transportasi dan aksesibilitas, dituntut untuk memiliki pandangan
yang luas tidak hanya pada satu bidang kajian ilmu saja.
Transportasi dan
perkembangan wilayah merupakan hal yang sangat erat hubungannya. Dikarenakan
dalam pengembangan wilayah haruslah memiliki transportasi yang mendukung. Ibarat sekeping mata uang, satu sisi adalah
transportasi, sisi yang lain adalah perkembangan wilayah. Artinya dimana sarana
transportasi tersedia disana wilayah akan berkembang, begitu juga dengan kalau suatu
wilayah berkembang maka disana sarana transportasi juga akan masuk.
Transportasi dapat
memajukan kesejahteraan ekonomi dan masyarakat, menciptakan dan meningkatkan
tingkat aksesibilitas dari potensi-potensi sumber alam dan pasar. Sumber alam
yang semula tidak termanfaatkan akan terjangkau dan dapat diolah. Prasarana
transportasi berperan sebagai alat bantu untuk
mengarahkan pembangunan dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan atau
barang akibat adanya kegiatan ekonomi di daerah
tersebut. Sebagai contoh suatu kawasan permukiman baru yang hendak dipasarkan,
tidak akan pernah ada peminatnya apabila di lokasi tersebut tidak disediakan
prasarana transportasi. Hal senada juga terjadi di kawasan permukiman
transmigran. Suatu kawasan permukiman tidak akan dapat berkembang meskipun
fasilitas rumah dan sawah sudah siap pakai jika tidak tersedia prasarana
transportasi. Hal ini akan mengakibatkan biaya transportasi menjadi sangat
tinggi. Jika hal ini dibiarkan terus maka kawasan permukiman transmigran tersebut
tidak akan berkembang. Oleh karena itu, kebijakan yang harus dilakukan adalah
menyediakan sistem prasarana transportasi dengan biaya minimal agar dapat
dilalui. Faktor perkembangan wilayah yakni modal, tenaga kerja, perlengkapan
SDA dan pasar merupakan kesatuan yang saling berkaitan dan nantinya
menghasilkan interaksi dan menciptakan kegiatan ekonomi, social maupun politik.
Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas
faktor-faktor produksi dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi
mobilitas yang dilakukan maka semakin cepat gerakan distribusi serta lebih
singkat waktu yang diperlukan dalam mengolah bahan dan memindahkan nya
daritempat dimana bahan tersebut yang semula kurang bermanfaat ke lokasi dimana
manfaat nya lebih besar. Peningkatan produktivitas, karena transportasi ini
merupakan motor utama penggerak kemajuan ekonomi. Ekonomi yang berkembang akan
ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang tinggi, dengan ditunjang transportasi
yang memadai dan lancar. Seperti hal nya negara-negara maju, mereka memiliki
transportasi yang mendukung dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan. Dengan
transportasi yang baik, akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk
lokal dengan dunia luar. Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus
ditangani. Transportasi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan produsen
dengan konsumen. Kajian transportasi dan perkembangan wilayah memiliki dimensi
persoalan dengan rentang yang luas dan kompleks. Oleh karena itu untuk dapat
memahami pola kerja transportasi dan aksesibilitas, dituntut untuk memiliki
pandangan yang luas tidak hanya pada satu bidang kajian ilmu saja. Salah satu
bidang ilmu yang terkait dengan transportasi adalah geografi transportasi.
Persoalan keterjangkauan akibat
jarak yang jauh sehingga tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi secara maksimal
tidak berlaku di Negara maju, hal ini karena perkembangan transportasi mereka
yang unggul sehingga terkadang transportasi bukanlah menjadi isu utama menurunnya
mobilitas di Negara maju. Sedangkan pada
negara-negara berkembang seperti hal nya Indonesia, ditandai oleh
faktor mobilitas yang
masih rendah terutama dipengaruhi oleh distribusi angkutan yang belum lancar.
Sumber daya alam yang dimiliki suatu negara tidak memiliki arti apa-apa jika
tetap berada ditempatnya tanpa disentuh oleh campur tangan manusia yang ahli
untuk memanfaatkannya. Agar sumber daya tersebut berdaya guna maka diperlukan
kerja keras untuk mengolah sumberdaya tersebut dengan bantuan sumber daya
manusia. Dapat di ambil contoh misalnya Negara jepang adalah Negara yang dapat
dikatakan tidak banyak memiliki sumber daya alam, namun biasa dilihat Negara
jepang adalah Negara maju dengan kemandirian ekonomi, penyediaan jasa
transportasi yang tinggi, serta kemajuan teknoloi yang terus berkembang pesat.
Jika disoroti lebih lanjut mengapa Negara jepang ini dapat berkembang menjadi
Negara maju adalah karena Jepang memiliki sumber daya manusia yang mengabdikan
keahliannya dengan sungguh-sungguh untuk bekerja keras. Kekurangan sumber daya
alam yang diisi dengan kemampuan sumber daya manusia akan menghasilkan
perpaduan daya cipta (produk). Bahan yang tidak dimiliki oleh jepang dilakukan
import dari Negara lain, selanjutnya diolah, lalu dipasarkan,
dan keberuntungannya adalah produk Negara jepang selalu laris dipasaran. Kegiatan mengimport, mengolah
dan memasarkan produk yang dilakukan Negara jepang bisa berjalan jika memiliki
sistem pengangkutan yang baik. Sistem pengangkutan tersebut dapat menjamin
keamanan, kecepatan,
keselamatan serta terjangkau oleh daya beli masyarakat, hal ini dapat
dianalaogikan seperti hal nya transportasi. Harapannya transportasi yang ada di
Indonesia saat ini bisa seperti sistem pengangkutan di Negara jepang.
Perkembangan wilayah kota cirebon saat ini ditandai dengan berkembangnya
fungsi permukiman kewilayah perbatasan. Kawasan yang semula berfungsi sebagai
kawasan pertanian, secara perlahan berubah fungsi sebagai kawasan permukiman.
Perkembangan kawasan permukiman ini tidak disertai dengan penyediaan layanan
transportasi umumnya, akibatnya masyarakat banyak yang menggunakan transportasi
pribadi seperti kendaraan roda dua atau roda empat.
2. Transportasi Merupakan Tolok Ukur
Interaksi antar Wilayah
Suatu wilayah tertentu
bergantung pada wilayah lain. Demikian juga wilayah lain memiliki
ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut,
terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan dibanding yang lain
sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani
kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius
tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang
diperlukan.
Morlok (1988)
mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan sumberdaya dan
keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah
menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang dan jasa antar wilayah.
Pertukaran ini diawali dengan proses penawaran dan permintaan. Sebagai alat
bantu proses penawaran dan permintaan yang perlu dihantarkan menuju wilayah
lain diperlukan sarana transportasi. Sarana transportasi yang memungkinkan
untuk membantu mobilitas berupa angkutan umum.
Dalam menyelenggarakan
kehidupannya, manusia mempergunakan ruang tempat tinggal yang disebut
permukiman yang terbentuk dari unsur-unsur working, opportunities, circulation,
housing, recreation, and other living facilities (Hadi Sabari Yunus, 1987).
Unsur circulation adalah jaringan transportasi dan komunikasi yang ada dalam
permukiman. Sistem transportasi dan komunikasi meliputi sistem internal dan
eksternal. Jenis yang pertama membahas sistem jaringan yang ada dalam kesatuan
permukiman itu sendiri. Jenis yang kedua membahas keadaan kualitas dan
kuantitas jaringan yang menghubungkan permukiman satu dengan permukiman lainnya
di dalam satu kesatuan permukiman.
Perpindahan manusia dan
barang dari satu tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-jalur tertentu.
Tempat asal dan tempat tujuan dihubungkan satu sama lain dengan suatu jaringan
(network) dalam ruang. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan jalan, yang
merupakan bagian dari sistem transportasi. Transportasi merupakan hal yang
penting dalam suatu sistem, karena tanpa transportasi perhubungan antara satu
tempat dengan tempat lain tidak terwujud secara baik (Bintarto, 1982).
Hurst (1974) mengemukakan
bahwa interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi
serta aliran orang, barang, maupun jasa. Transportasi merupakan tolok ukur
dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam
menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Wilayah dengan kondisi geografis
yang beragam memerlukan keterpaduan antar jenis transportasi dalam melayani
kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya,
sistem transportasi dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi guna lahan yang
mungkin berbeda. Transportasi digunakan untuk memindahkan orang atau barang
dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih
meningkat.
Dengan transportasi yang baik, akan
memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar.
Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani. Transportasi berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan produsen dengan konsumen dan meniadakan jarak diantara
keduanya. Jarak tersebut dapat dinyatakan sebagai jarak waktu maupun jarak
geografis. Jarak waktu timbul karena barang yang dihasilkan hari ini mungkin
belum dipergunakan sampai besok. Jarak atau kesenjangan ini dijembatani melalui
proses penggudangan dengan teknik tertentu untuk mencegah kerusakan barang yang
bersangkutan.
Transportasi erat sekali
dengan penggudangan atau penyimpanan karena keduanya meningkatkan manfaat
barang. Angkutan menyebabkan barang dapat dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat barang itu tidak didapatkan.
Dengan demikian menciptakan manfaat tempat. Penyimpanan atau penggudangan juga
memungkinakan barang disimpan sampai dengan waktu dibutuhkan dan ini berarti
memberi manfaat waktu (Schumer, 1974). Pembangunan suatu jalur transportasi
maka akan mendorong tumbuhnya fasilitas-fasilitas lain yang tentunya bernilai
ekonomis.
Perbedaan sumberdaya yang
ada di suatu daerah dengan daerah lain mendorong masyarakat untuk melakukan
mobilitas sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam proses mobilitas inilah
transportasi memiliki peranan yang penting untuk memudahkan dan memperlancar
proses mobilitas tersebut. Proses mobilitas ini tidak hanya sebatas oleh
manusia saja, tetapi juga barang dan jasa. Dengan demikian nantinya interaksi antar daerah akan lebih
mudah dan dapat mengurangi tingkat kesenjangan antar daerah.
Ullman, mengungkapkan ada tiga syarat untuk
terjadinya interaksi keruangan, yaitu :
a. Complementarity
atau ketergantungan karena adanya perbedaan demand dan supply antar daerah
b. Intervening
opportunity atau tingkat peluang atau daya tarik untuk dipilih menjadi daerah
tujuan perjalanan
c. Transferability
atau tingkat peluang untuk diangkut atau dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain yang dipengaruhi oleh jarak yang dicerminkan dengan ukuran waktu
dan atau biaya
Kebutuhan akan pergerakan
bersifat merupakan kebutuhan turunan. Pergerakan terjadi karena adanya proses
pemenuhan kebutuhan. Pergerakan tidak akan terjadi seandainya semua kebutuhan
tersebut menyatu dengan permukiman. Namun pada kenyataannya semua kebutuhan
manusia tidak tersedia di satu tempat. Atau dengan kata lain lokasi kegiatan
tersebar secara heterogen di dalam ruang. Dengan demikian perlu adanya
pergerakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam melakukan
pergerakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penduduk mempunyai dua pilihan
yaitu bergerak dengan moda transportasi dan tanpa moda transpotasi (berjalan
kaki). Pergerakan tanpa moda tranportasi biasanya berjarak pendek, sedangkan
pergerakan dengan moda transportasi berjarak sedang atau jauh.
Transportasi merupakan
penghubung utama antara dua daerah yang sedang berinteraksi dalam pembangunan.
Tanpa adanya jaringan transportasi tidak mungkin pembangunan dapat diperkenalkan
ke luar daerah. Jalan merupakan akses transportasi dari suatu wilayah menuju ke
wilayah lain.
Aktivitas penduduk yang
meningkat perlu dijadikan perhatian dalam merumuskan kebijakan di bidang
transportasi karena manusia senantiasa memerlukan transportasi. Hal ini
merupakan sesuatu hal yang merupakan ketergantungan sumber daya antar tempat. Hal ini menyebabkan
proses interaksi antar wilayah yang tercermin pada fasilitas transportasi.
Transportasi merupakan tolok ukur interaksi antar wilayah.
3. Peranan Transportasi dalam
Pembangunan Wilayah
Menurut Hurst (1974)
kajian geografi transportasi umumnya berfokus pada ”jaringan transportasi, lokasi, struktur, arus, dan signifikansi serta
pengaruh jaringan terhadap ruang ekonomi yang berkaitan dengan pengembangan
wilayah dengan prinsip ketergantungan antara jaringan dengan ruang ekonomi
sebagaimana perubahan aksesibilitas”. Dalam hal ini semakin baik suatu
jaringan transportasi maka aksesibilitasnya juga semakin baik sehingga kegiatan
ekonomi juga semakin berkembang.
Contoh dari betapa
pentingnya peran transportasi bagi pengembangan wilayah perkotaan adalah
fenomena yang terjadi didaerah
ibukota Jakarta, daerah ibukota mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan
adanya sarana transportasi yang memadai. Kemajuan yang sangat pesat ini
memberikan beban yang sangat berat pada daya dukung lingkungannya. Perkembangan
ini didukung pula oleh adanya akses tol sehingga memudahkan mobilisasi penduduk
antar wilayah. Keadaan ini memicu fenomena berkembangnya kota baru/pemukiman
berskala besar, seiring dengan berkembangnya kawasan industri.
Pada skala yang lebih kecil, kota cirebon mengalami perkembangan yang
sangat pesat dengan berkembangnya kawasan permukiman dipinggiran kota.
Perkembangan ini belum didukung oleh sarana prasarana transportasi yang memadai
saat ini, sehingga masyarakat masih tergantung sepenuhnya pada sarana
transportasi pribadi atau transportasi online, Artinya pengembangan wilayah
belum diiringi dengan penyediaan sarana transportasi umum. Pemerintah sebagai
penyedia fasilitas publik, berkewajiban untuk menyediakan transportasi umum
pada kawasan-kawasan baru tersebut. Pemilihan transportasi umum ‘Trans Cirebon’ sebagai angkutan umum
adalah suatu langkah yang dianggap cukup tepat sebagai sarana angkutan
pengganti angkutan kota dan juga sebagai salah satu elemen pembangunan wilayah.
Ada tiga pihak terkait
yang berkepentingan dalam pengembangan transportasi umum, yaitu : Pihak
Pengguna, Pihak
Pengusaha / investor dan Pihak
Pemerintah. Pihak
Pemerintah sebagai regulator yang membawa kepentingan masyarakat umum tidak saja untuk kepentingan pembangunan transportasi
umum, tetapi juga untuk tujuan pengembangan wilayah.
4. Dampak dari Perkembangan Wilayah yang
didasarkan pada Jalur Transportasi
Dampak
dari perkembangan wilayah ini bermacam-macam mulai dari masalah sosial sampai
pada sektor ekologi lingkungan. Masalah-masalah ini terjadi setelah sarana
transportasi misalnya jalan merambah masuk kedaerah yang sebelumnya belum
terjangkau. Masalah sosial yang
ditimbulkan misalnya terjadinya perubahan dari masyarakat pertanian ke non
pertanian, Masalah ekologi yang ditimbulkan misalnya masalah banjir akibat berkurangnya kawasan resapan air.
Masalah lain yang timbul
karena perkembangan wilayah yang disebabkan oleh jalur transportasi ini adalah ketidak efisienan transportasi
atau dalam menggunakan kendaraan. Hal ini disebabkan karena daerah yang
berkembang tersebut tidak dapat mengimbangi laju jumlah kendaraan dengan sarana prasarana transportasi.
C.
PENUTUP
Kemajuan transportasi akan
membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi dan
mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Transportasi dan perkembangan wilayah
merupakan hal yang sangat erat hubungannya. Dikarenakan dalam pengembangan
wilayah haruslah memiliki transportasi yang mendukung.
Suatu wilayah tertentu
bergantung pada wilayah lain. Demikian juga wilayah lain memiliki
ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut,
terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan dibanding yang lain
sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani
kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius
tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang
diperlukan.
Dengan transportasi yang
baik, akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia
luar. Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani. Dampak
dari perkembangan wilayah ini bermacam-macam mulai dari masalah sosial sampai
pada masalah
ekologi lingkungan.
Trans Cirebon adalah solusi bagi kebutuhan masyarakat akan transportasi
umum dari wilayah pinggiran untuk dapat mencapai wilayah kota, disamping itu
Trans Cirebon juga dapat menjadi pemicu bagi perkembangan wilayah pinggiran
untuk dapat berkembang menjadi wilayah perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dimitriou, H. T., (1995), A Developmental Approach to
Urban Transportation: An Indonesian Illustration, Avebury, Hong Kong.
2. Gray George E., (1979), Public Transportation: Planning, Operations and
Management, Prentice-Hall, New Jersey.
3.
Harries S., (1976), State-of-the-art review of Urban
Transportation Concepts and Public Attitudes, US Department of Transportation, Washington.
4.
Institute of Traffic
Engineers, (1976), Transportation and Traffic Engineering Handbook , Prentice-Hall , Inc., N.J.
5.
Tamin Ofyar Z. (1997), Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi , Penerbit ITB, Bandung.
6.
Wells G. R., (1975), Comprehensive Transport Planning ,
Charles Griffin & Company Ltd., London
7.
Sembiring, K.. (1999). Pemikiran Perencanaan Transportasi
Kota Kelas Dunia kasus Singapore,
Simposium FSTPT II, Surabaya 2 Desember.